PENYAMBUNGAN SISIP
SATU MATA
Penyambungan satu mata, adalah salah satu cara untuk
efisiensi, yaitu untuk memperbanyak tanaman secara cepat, dengan keterbatasan
entrees yang dimiliki.
Batang bawah yang akan digunakan, tetap harus dipotong
batangnya, untuk menghindari dominansi apikal atau dominannya pertumbuhan
batang utama. Urutan kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Siapkan batang atas. Usahakan batang atas tetap memiliki
daun (daun tidak dipotong). Kecuali jika mata tunas memang sudah tidak berdaun
lagi.
2. Potong root stock atau batang bawah, kira-kira 2-3 cm
diatas bonggolnya.
3. Kupas pinggir batang bawah, membentuk angka 7 terbalik.
4. Potong batang atas satu mata (bersama daunnya) dan batan
bawah mengikuti ukuran potongan batang atas
5. Rekatkan entrees pada batang bawah, dan ikat dengan tali
plastik. Pastikan mata tunas tidak ikut terikat.
6. Dua minggu sejak proses, tunas mulai muncul dari entrees.
Jika muncul tunas dari batang bawah, segera dibuang sebelum tumbuh membesar,
karena akan mengurangi kecepatan tumbuh tunas dari entrees
http://www.mangyono.com/2013/03/cara-menyambung-tanaman-dan-sistim-stek.html
perbanyakan tanaman secara vegetatif
Rabu, 01 Februari 2017
perabyakan tanaman bunga kamboja dengan cara sambung
PENYAMBUNGAN
Tata cara pengerjaannya adalah sebagai berikut:
Tata cara pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Seperti biasanya pertama sediakan Gula dan kopi dan langsung di seduh ( untuk menemani proses
pengerjaan heheheh )
2.Persiapkan semua alat dan bahan untuk di sambung.
3. Entress atau batang atas, daunnya dibuang, disisakan pangkal tangkai daun sekitar 1 milimeter dari batang.
4. Potong batang bawah secara horisontal, lurus, dan usahakan pemotongan sekali tebas langsung putus.
5. Buatlah sayatan berbentuk huruf V pada batang bawah dimulai dari tempat hasil potongan horisontal.
6. Buat potongan huruf V terbalik untuk entrees atau batang atas, kemudian potong bagian atasnya sehingga entress berukuran panjang 2-3 cm, dan terdapat beberapa ruas.
7. Rekatkan batang atas pada batang bawah mengikuti alur huruf V. Pastikan bahwa kedua potongan huruf V sebidang sehingga ketika direkatkan, tidak ada rongga.
8. Ikat bidang sambungan dengan plastik pengikat, dan ditutup dengan plastik penutup. Sebaiknya plastik transparan
2.Persiapkan semua alat dan bahan untuk di sambung.
3. Entress atau batang atas, daunnya dibuang, disisakan pangkal tangkai daun sekitar 1 milimeter dari batang.
4. Potong batang bawah secara horisontal, lurus, dan usahakan pemotongan sekali tebas langsung putus.
5. Buatlah sayatan berbentuk huruf V pada batang bawah dimulai dari tempat hasil potongan horisontal.
6. Buat potongan huruf V terbalik untuk entrees atau batang atas, kemudian potong bagian atasnya sehingga entress berukuran panjang 2-3 cm, dan terdapat beberapa ruas.
7. Rekatkan batang atas pada batang bawah mengikuti alur huruf V. Pastikan bahwa kedua potongan huruf V sebidang sehingga ketika direkatkan, tidak ada rongga.
8. Ikat bidang sambungan dengan plastik pengikat, dan ditutup dengan plastik penutup. Sebaiknya plastik transparan
9. 2 (dua) minggu setelah penyambungan, buka plastik penutup.
Sedangkan plastik pengikat masih dibiarkan menempel. Plastik pengikat dapat
dibuka setelah 3-4 bulan. Keberhasilan ditandai dengan munculnya tunas dari
ruas batang atas, sekitar 2-3 milimeter saat penyambungan telah 2 minggu.
Selanjutnya tanaman yang sehat, akan berbunga setelah 2-3 bulan dari saat
penyambungan.
http://www.mangyono.com/2013/03/cara-menyambung-tanaman-dan-sistim-stek.html
kultur jaringan pisang cavendish
Tanaman pisang mempunyai ciri spesifik yang mudah dibedakan dari jenis
tanaman lainnya. Tanamannya terdiri dari daun, batang (bonggol), batang
semu, bunga, dan buah. Pisang termasuk keluarga musaceae, salah satu
anggota ordo scitamineae.
Morfologi tanaman dapat tampak jelas melalui batangnya yang
berlapis-lapis. Lapisan ini sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun
yang dapat menyimpan air (sukulenta) sehingga lebih tepat disebut
batang semu (pseudostem). Daun pisang Cavendish berwarna hijau tua.
Lembaran daun (lamina) pisang lebar dengan urat daun utama menonjol
berukuran besar sebagai pengembangan dari morfologis lapisan batang semu
(gedebog). Batang pisang sesungguhnya terdapat didalam tanah, yaitu
yang sering disebut bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas
terdapat mata calon tumbuh tunas anakan. Bunga pisang yang disebut
tongkol yang disebut jantung. Bunga ini muncul dari primordia yang
terbentuk pada bonggolnya, perkembangan primordia bunga memanjang keatas
hingga menembus inti batang semu dan keluar diujung batang semu
tersebut. Panjang Tandan 60 - 100 cm dengan berat 15 - 30 kg. Setiap
tandan terdiri dari 8 - 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 - 22 buah.
Daging buah putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak. Kulit
buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda halus. Umur
panen 3 - 3,5 bulan sejak keluar jantung.
Salah satu tanaman buah-buahan yang diperbanyak secara komersial dengan
teknik kultur jaringan adalah pisang. Pisang biasanya diperbanyak secara
vegetatif menggunakan anakan atau bonggolnya. Ukuran anakan yang cukup
besar menyulitkan transportasi bibit dari satu tempat ke tempat
penanamannya. Anakan yang diproduksi oleh satu induk pisang ukuran dan
umurnya beragam, sehingga sangat sulit untuk memperoleh anakan berukuran
seragam dalam jumlah memadai untuk perkebunan pisang secara komersial.
Perbanyakan klonal pisang dengan teknik kultur jaringan dapat mengatasi
kendala-kendala tersebut. Metode dan tahapan perbanyakan yang digunakan
untuk perbanyakan klonal pisang ini serupa dengan metode perbanyakan
lainnya. Teknik yang umum digunakan adalah kultur meristem (meristem
culture) atau kultur pucuk (shoot culture), selain itu telah dicoba juga
untuk mengkulturkan tangkai bunga inflorescence muda pisang. Pisang
Cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan Pisang Ambon Putih.
Perbanyakan tanaman pisang secara kultur jaringan bertujuan untuk
mendapatkan bibit bermutu dalam jumlah banyak dan cepat selama kurun
waktu tertentu. Ditinjau dari tujuan tersebut maka adanya bibit kultur
jaringan akan mampu mendukung pengembangan kebun agribisnis dalam skala
luas. Bibit pisang kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan melalui
biakan jaringan (sel meristem) pada media buatan dalam laboratorium (in
vitro).
Untuk menghasilkan bibit kultur jaringan yang bermutu, perlu didukung
oleh beberapa komponen, yaitu prasarana, bahan kimia untuk pembuatan
media, varietas unggul dan tenaga ahli. Prasarana berupa laboratorium
yang memenuhi syarat, rumah kaca atau plastik untuk membesarkan bibit
yang masih sangat kecil (plantlet), serta peralatan.
Menurut George dan Sherrington (1984) keberhasilan dalam kultur jaringan
sangat ditentukan oleh medium yang digunakan. Media yang digunakan
untuk perbanyakan klonal pisang ini umumnya adalah media MS. Untuk
merangsang pertumbuhan tunas pada eksplan, zat pengatur tumbuh umumnya
ditambahkan ke dalam media kultur. Sitokinin BAP (Benzil Amino Purin)
umumnya digunakan pada kisaran konsentrasi 3 - 6 ppm tergantung
varietas, dengan atau tanpa kombinasi dengan auksin. Keasaman media
umumnya adalah 5,5 sampai 6. Inisiasi merupakan proses awal dalam
kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu keberhasilan
kultur. Proses pertama dalam inisiasi adalah pengambilan eksplan atau
bahan kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
sterilisasi eksplan (Anonim, 2002).
Prosedur kerja inisiasi pisang : Sterilisasi di luar Laminar Air Flow
Cabinet 1. Cuci dan kupas eksplan pisang di air mengalir sampai bersih
2. Rendam eksplan pisang dalam larutan fungisida dan bakterisida 2 mg/ L
selama 1-24 jam Sterilisasi di dalam Laminar Air Flow Cabinet 1. Rendam
dalam larutan clorox 30% selama 15 menit, bilas 2x dengan air steril
dan kupas 1-2 pelepah 2. Rendam dalam larutan clorox 15% selama 10
menit, bilas 2x dengan air steril dan kupas 1-2 pelepah 3. Kupas sampai
sisa 3 daun pelepah ukuran 1,5x1,5 cm 4. Celup dalam larutan clorox 1%
dan tanam di media Lama waktu inisiasi dalam kondisi normal adalah 4
minggu (minimal telah 2x subkultur), selanjutnya masuk tahap
multiplikasi.
http://kultur-jaringan.blogspot.co.id/2009/10/kultur-jaringan-pisang-cavendish.html
kultur jaringan bunga krisan
KULTUR JARINGAN BUNGA KRISAN
KULTUR JARINGAN BUNGA KRISAN
Klasifikasi Tanaman Krisan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi: Angiosperms
Order: Asterales
Family : Asteraceae
Tribe: Anthemideae
Genus : Chrysanthemum
Type spesies : Chrysanthemum indicum L
Spesies : Chrysanthemum morifolium ramat
(W ijayakusuma, 2000)
Morfologi Tanaman Krisan
Tanaman krisan merupakan tanaman semusim (anual) yang berkisar 9-12 hari tergantun varietas dan lingkungan tempat menanamnya. Tanaman krisan dapat dipertahankan hingga beberapa tahun bila dikehendaki, tetapi bunga yang dihasilkan biasanya jauh menurun kualitasnya (Hasyim dan rexa, 1995). Menurut Rukmana (1997), tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah pada radius dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Syarat-Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah untuk cucah hujan tinggi penanaman dilakukan di dalam green house. Suhu toleran untuk tanaman krisan adalah 170-300C, untuk daerah tropis seperti di Indonesia cocok menggunakan suhu 200-260C. Kelembaban yang dibutuhkan untuk tanaman krisan sangat tinggi ketika pembentukan akar, pada stek kelembabannya 90%-95%. Kemudian tanaman muda sampai tua kelembabannya 70%-80%, dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO2 di udara sekitar 3000 ppm, sedangkan kadar CO2 yang ideal untuk fotosintesis adalah 600-900 ppm. Untuk pembungaan membutuhkan lebih lama cahaya, dimana dapat menambah cahaya menggunakan bantuan TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik ketika tengah malam yaitu jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk 9 m2, dan lampu di pasang menggantung 1,5 m dari tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan pada vegetativ (2-8 minggu) untuk merangsang pembentukkan bunga (Lukito, 1998).
Media tanam dan ketinggian tempat
Untuk pertumbuhan tanaman yang optimum dibutuhkan media yang ideal, di mana tekstur media harus liat berpasir, subur, gembur dan memiliki drainase yang baik, serta tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman media yang baik untuk petumbuhan tanaman adalah 5,5-6,7. Kemudian untuk ketinggian ideal untuk pertumbuhan tanaman sekitar 700-1200 m dpl (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Budidaya
Kultur Jaringan Krisan Dengan Eksplan Nodus Batang
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas: a) Krisan lokal (krisan kuno) Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur). b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink). c) Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai: a) Bunga pot Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning). b) Bunga potong Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll. Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. 2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga. 3) Suhu udara terbaik untukdaerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C. 4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. 5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
Langkah-langkah Kultur Jaringan Pada Krisan
Pengambilan eksplan atau sumber eksplan krisan berupa pucuk dan nodus berasal dari tanaman induk krisan di rumah kaca perbenihan Balithi Segunung dan planlet di laboratorium kultur jaringan Balithi Segunung. Pembuatan Media MS Media yang digunakan untuk tanaman krisan di Balithi Segunung adalah media induksi tunas dan media perbanyakan. Komposisi media yang digunakan untuk induksi tunas adalah½ MS + 0.5 IAA komposisi media yang digunakan untuk perbanyakan adalah½ MS + 0.1 IAA Menyiapkan Eksplan Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan eksplan merupakan factor penting penentu keberhasilan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sebagai bahan kultur adalah jenis tanaman, bagian tanaman yang digunakan, morfologi permukaan, lingkungan tumbuhnya, kondisi tanaman, dan musim waktu mengambilnya. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang aktif karena mempunyai regenerasi yang tinggi.
Eksplan yang digunakan pada tanaman krisan adalah nodus karena untuk menginduks tunas aksilar. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik. Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptic berarti bebas dari mikroorganisme.
Pemilihan Dan Penyipan Tanaman Induk
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman kegiatan pertama harus dilakukan adalah memilih tanaman induk yang hendak diperbanya. Seleksi untuk mendapatkan klon-klon yang dikehendaki. Klon yang mempunyai sifat beda, unik, stabil dan seragam kemudian dijadikan tanaman induk tunggal dan sebagai tanaman donor (bahan eksplan) untuk perbanyakan secara in vitro. Planlet (tanaman) hasil dari perbanyakan in vitro kemudian diaklimatisasi di rumah kaca. Setelah tanaman beradaptasi dengan lingkungan rumah kaca kemudian diperbanyak untuk keperluan tanaman induk yang akan menghasilkan tanaman produksi.
Penting sekali untuk lingkungan tanamn induk tersebut harus heginis untuk mendapatkan eksplan yang berkualitas dan lebih bersih untuk pembiakan in-vintro.
Pengerjaannya dilakukan dalam ruang laminar agar terhindar dari kontaminan. Penanamannya dikelompokkan berdasarkan nomor ruas. Setiap botol diisi 5 eksplan dan diulang empat kali. Botol kultur selanjutnya diinkubasi dalam ruang pertumbuhan dengan pencahayaan 16 jam di bawah lampu fluoresen 40 watt, suhu 24-26 oC, dan kelembapan 60-80% hingga eksplan tumbuh menjadi planlet (tanaman hasil kultur jaringan yang telah lengkap memiliki bagian-bagian tanaman yang meliputi akar, batang, dan daun)
Cara Sterilisasi Untuk Tanaman Krisan
• Mengambil eksplan yang telah diseleksi berdasarkan ketahanan vigor, hama penyakit, dan jumlah daun 4 - 5 helai atau 3 - 4 nodus.
• Memotong eksplan per nodus dengan mengurangi atau memotong sebagian helai daun.
• Eksplan direndam dalam larutan Benlatte dan Bactomicyn (fungisida dan bakterisida), masing-masing sebanyak 1 g/300 ml aquades sambil dikocok-jocok selama 30 menit.
• Membilas eksplan dengan air aquadest sebanyak 4 - 5 kali.
• Selanjutnya eksplan dibawa ke laminar.
• Eksplan dimasukkan ke dalam larutan tween 2 tetes/100 ml aquades sambil dikocok-kocok selama 5 menit.
• Eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 0.5 % selama 5 menit sambil dikocok-kocok.
• Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 1 % selama 3 menit sambil dikocok-kocok.
• Eksplan dibilas dengan air destilasi sebanyak 5 - 6 kali.
Penanaman Eksplan Kegiatan dan Media Tanam
Penanaman eksplan ke dalam botol kultur disebut dengan inokulasi. Kegiatan ini dilakukan setelah eksplan disterilisasi, diawali dengan memotong bagian permukaan eksplan. Selanjutnya eksplan berupa nodus ditanam sebanyak dua buah dalam media ½ MS + IAA 0.5 mg/l, sedangkan eksplan berupa pucuk tidak perlu ditanam, cukup diletakkan saja pada media yang sama sebanyak 3 buah. Sebelum ditutup dengan plastik wrap, plastik transparan, dan karet, botol media yang telah ditanami terlebih dahulu dipanaskan di atas api bunsen. Selanjutnya botol diberi label jenis tanaman dan tanggal penanaman. Eksplan yang telah dikulturkan dibawa ke ruang inkubasi dan dibiarkan sampai tumbuh.
http://tissuecultureandorchidologi.blogspot.co.id/2012/02/kultur-jaringan-bunga-krisan.html
cara aklimatisasi tanaman anggrek
Cara Aklimatisasi (Anggrek)
Mengeluarkan anggrek dari dalam botol
Sekitar 7-8 bulan setelah berkecambah, anakan anggrek siap dikeluarkan dari
dalam botol. Anakan anggrek di dalam botol disebut dengan sedling. Sedling yang
siap dikeluarkan mempunyai akar yang banyak dan kelihatan kokoh. Mengeluarkan
sedling dari dalam botol harus berhati-hati. Sedling yang dikeluarkan dari
botol sering tidak bisa beradaptasi ketika dipindahkan ke kompot karena telah
terbiasa hidup manja, dengan makanan yang sudah disediakan di dalam botol.
Pengeluaran sedling dari dalam botol bisa dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut.
Cara Pertama
* Siapkan baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Pecahkan botol di atas baskom. Kaca pecahan botol akan tenggelam dan anakan anggrek akan mengambang di atas permukaan air.
* Cuci anakan anggrek hingga bersih dan tidak terdapat agar-agar. Agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang merugikan anggrek.
* Rendam anakan anggrek di dalam physan (zat anti jamur) dengan dosis 2-3 mg per satu liter air agar tidak ditumbuhi jamur.
* Letakkan anakan anggrek di atas Koran dan diangin-anginkan agar bebas dari air.
* Setelah kering, pindahkan anggrek ke dalam kompot. Satu kompot bisa digunakan untuk 20-40 anakan anggrek, tergantung pada ukuran kompot dan besarnya anakan.
Cara Kedua
* Buka tutup botol dan masukkan air sampai setengahnya.
* Goyang-goyangkan botol hingga tanaman dan akarnya terpisah dari agar-agar.
* Keluarkan anakan anggrek menggunakan pinset atau kawat yang ujungnya dibengkokkan membentuk huruf “U”. Caranya dengan mengaitkan dan menarik akar anakan anggrek keluar sampai terjatuh ke dalam baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Langkah selanjutnya sama seperti cara pertama.
Memindahkan anakan ke kompot
Setelah anakan anggrek dikeluarkan dari dalam botol, langkah selanjutnya adalah menanamnya di kompot. Kompot yang digunakan berdiameter 7, 12, 16, atau 20cm. Kompot tersebut tidak terlalu tinggi atau dalam, tetapi menyerupai cobek (tempat membuat sambal dari tanah liat). Kompot ada yang terbuat dari tanah atau plastik.
Media tanam yang digunakan bisa berupa pakis, sabut kelapa, moss (Lumut), akar kadaka dan kulit pinus. Sebelum digunakan, media tersebut harus direbus di dalam air selama 30 menit agar terbebas dari tanin atau zat perangsang pertumbuhan jamur.
Cara Pertama
* Siapkan baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Pecahkan botol di atas baskom. Kaca pecahan botol akan tenggelam dan anakan anggrek akan mengambang di atas permukaan air.
* Cuci anakan anggrek hingga bersih dan tidak terdapat agar-agar. Agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang merugikan anggrek.
* Rendam anakan anggrek di dalam physan (zat anti jamur) dengan dosis 2-3 mg per satu liter air agar tidak ditumbuhi jamur.
* Letakkan anakan anggrek di atas Koran dan diangin-anginkan agar bebas dari air.
* Setelah kering, pindahkan anggrek ke dalam kompot. Satu kompot bisa digunakan untuk 20-40 anakan anggrek, tergantung pada ukuran kompot dan besarnya anakan.
Cara Kedua
* Buka tutup botol dan masukkan air sampai setengahnya.
* Goyang-goyangkan botol hingga tanaman dan akarnya terpisah dari agar-agar.
* Keluarkan anakan anggrek menggunakan pinset atau kawat yang ujungnya dibengkokkan membentuk huruf “U”. Caranya dengan mengaitkan dan menarik akar anakan anggrek keluar sampai terjatuh ke dalam baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Langkah selanjutnya sama seperti cara pertama.
Memindahkan anakan ke kompot
Setelah anakan anggrek dikeluarkan dari dalam botol, langkah selanjutnya adalah menanamnya di kompot. Kompot yang digunakan berdiameter 7, 12, 16, atau 20cm. Kompot tersebut tidak terlalu tinggi atau dalam, tetapi menyerupai cobek (tempat membuat sambal dari tanah liat). Kompot ada yang terbuat dari tanah atau plastik.
Media tanam yang digunakan bisa berupa pakis, sabut kelapa, moss (Lumut), akar kadaka dan kulit pinus. Sebelum digunakan, media tersebut harus direbus di dalam air selama 30 menit agar terbebas dari tanin atau zat perangsang pertumbuhan jamur.
http://aprilia1894.blogspot.co.id/2013/04/kultur-jaringan-tanaman-anggrek.html
aklimatisasi kultur jaringan tanaman anggrek
AKLIMATISASI KULTUR JARIngaN
TANAMAN ANGGREK
Aklimatisasi
adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula
kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya
tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya
dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop.
Aklimatisasi atau
penyesuaian terhadap lingkungan baru dari lingkungan yang terkendali ke
lingkungan yang relatih berubah. Bibit anggrek hasil perbanyakan secara in
vitro membutuhkan proses adaptasi sebelum tumbuh besar menjadi tanaman.
Untuk itu perlu kiranya mengetahui tahapannya sebagai berikut :
- Kriteria bibit botol yang siap dikeluarkan yaitu
daun sudah menyentuh dinding atas botol, akar sudah tumbuh dengan baik, media
sudah habis/kering, atau jika bibit dalam botol terkontaminasi jamur atau
bakteri sehingga perlu segera dikeluarkan;
- Tulis
kode silangan atau nama jenis anggrek beserta tanggal keluar bibit botol
gantungkan di baki kompot, tulis juga dalam buku sewaktu-waktu dapat dilacak;
- Gunakan
tray plastik berlubang sebagai pengganti pot kompot
- Buka
tutup botol dan gunakan kawat berujung melengkung ‘U’ dan tarik satu persatu
bibit, usahakan akar terlebih dahulu yang di kelurkan;
- Untuk
mempercepat pekerjaan dapat pula dengan cara bungkus botol dengan koran dan
pukul belakang botol dengan palu hingga pecah;
- Setelah
bibit dikeluarkan, dibilas di atas tray plastik berlubang kemudian semprot
dengan air mengalir hingga sisa media agar yang menempel pada akar bersih;
- Tiriskan bibit yang bersih di
atas kertas koran;
- Tanaman secara berkelompok bibit
sesuai dengan ukuran bibit yang besar terlebih dahulu kemudian bibit yang kecil
dengan posisi bibit berdiri;
- Setelah selesai menanam simpan
kompot anggrek di tempat yang teduh bersirkulasi udara baik;
- Semprot menggunakan handsprayer
kompot anggrek tadi keesokan harinya; setiap hari selama satu minggu;
- Setelah satu minggu pertama
penyiraman sudah dapat menggunakan air mengalir dari selang; pemupukan sudah
dapat diaplikasikan menggunakan pupuk yang berimbang kadar N:P:K = 21:21:21 dengan
konsentrasi ¼ anjuran dalam kemasan satu minggu dua kali;
- Penggunaan Vitamin B1 dapat juga
digunakan dengan konsentrasi 1/4/ anjuran dalam kemasan satu minggu sekali;
- Setelah kompot anggrek berumur kurang lebih 1 – 1,5
bulan dengan ciri bibit sudah kekar dan akar baru sudah tumbuh, bibit dapat
ditanam dalam individual pot berukuran 5 cm dengan media pakis atau sabut
kelapa. Bibit dengan ukuran kecil dapat diteruskan penanamannya dalam kompot;
- Catatan: Masing-masing nursery dan
petani memiliki cara yang berbeda-beda. Cara yang kami lakukan bisa disebut
dengan cara kering, dengan maksud menghindari bibit terlalu sering terkena air,
karena akan mengakibatkan bibit menjadi lemas (osmosis rendah). Sehingga bibit
saat ditanam akan layu dan tidak dapat berdiri;
- Penggunaan fungisida yang biasa digunakan dalam beberapa
buku tentang aklimatisasi dengan merendam bibit sebelum ditanam tidak kami
lakukan kecuali bibit dalam botol sebelumnya sudah terkontaminasi jamur.
Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan
plantlet hasil seleksi. Plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk
memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi
dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran.
Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar,
warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar
bagus.
Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.
Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah.
Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi pada anggrek adalah pakis dan arang kayu / genting. Selain itu juga kelembapan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap pada minggu–minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32oC.
Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.
Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah.
Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi pada anggrek adalah pakis dan arang kayu / genting. Selain itu juga kelembapan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap pada minggu–minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32oC.
http://aprilia1894.blogspot.co.id/2013/04/kultur-jaringan-tanaman-anggrek.html
kultur jaringan tanaman anggrek
KULTUR JARINGAN
TANAMAN ANGGREK
Langkah-langkah Teknik Kultur
Jaringan
Salah satu aplikasi bioteknologi yaitu dengan
kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan
bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik
secara in vitro. Teknik kultur jaringan dicirikan dengan kondisi yang aseptik
atau steril dari segala macam bentuk kontaminan, menggunakan media kultur yang
memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan menggunakan ZPT ( zat pengatur
tumbuh ), serta kondisi ruang tempat pelaksanaan kultur jaringan diatur suhu
dan pencahayaannya. (Yusnita, 2003: 1).
Sebenarnya kultur
jaringan merupakan salah satu bentuk kloning pada tumbuhan. Tumbuhan dapat
diperbanyak melalui proses kultur jaringan karena memiliki sifat totipotensi,
yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik
dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman utuh. Proses kultur jaringan dimulai dengan memotong bagian tanaman
yang akan dibiakkan dalam media kultur. Bagian tanaman yang akan dikulturkan
ini disebut sebagai eksplan. Umumnya bagian tanaman yang dijadikan eksplan
adalah jaringan yang masih muda dan bersifat meristematis, karena memiliki daya
regenerasi yang tinggi dan masih aktif membelah. Eksplan kemudian diletakkan
dalam media kultur yang sesuai. Eksplan tadi akan terus membelah membentuk masa
sel yang belum terdifferensiasi, yaitu kalus. Kalus kemudian dipindah dalam
media differensiasi yang akan terus tumbuh dan berkembang menjadi tanaman kecil
atau planlet.
Teknik kultur
jaringan merupakan cara perbanyakan tumbuhan secara invitro. Perbanyakan invitro
adalah penanaman jaringan atau organ tumbuhan di luar lingkungan tumbuhnya
Kultur
jaringan tanaman Anggrek
Melalui kultur
jaringan ini, jaringan tumbuhan diambil sedikit, lalu ditumbuhkan dalam media
buatan sehingga tumbuh menjadi tanaman sempurna. Kultur jaringan dilakukan berdasarkan
pada prinsip totipotensi. Menurut prinsip totipotensi setiap sel tumbuhan
mengandung semua informasi genetik yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman lengkap.
Teknik kultur
jaringan tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. Teknik ini harus dilakukan
di dalam ruangan khusus yang steril agar terbebas dari kontaminasi udara luar.
Kultur jaringan dilakukan di dalam suatu laboratorium khusus yang digunakan
untuk kultur jaringan. Laboratorium berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam
suhu dan pencahayaan terkontrol yang dilengkapi dengan alat dan bahan untuk
pembuatan media. Pada dasarnya tumbuh-tumbuhan memiliki daya regenerasi yang
kuat. Dasar inilah yang akhirnya menjadi titik tolak berkembangnya industri
perbanyakan (propagasi) tanaman.
Bila sel-sel
jaringan atau organ tanaman ditanam di luar lingkungan tumbuhnya (invitro)
dengan menggunakan larutan bahan makanan sintetik ternyata dapat berenegerasi
menjadi tunas dan akar yang selanjutnya dapat berkembang menjadi tanaman normal
yang mampu hidup mandiri menjadi tumbuhan yang utuh.
1. Langkah-Langkah
Teknik Kultur Jaringan
Kultur jaringan
tumbuhan dapat dilakukan dengan langkah seperti terlihat pada Gambar berikut
ini. Dari gambar tersebut terlihat langkah-langkah yang dilakukan sebagai
berikut
(lihat Gambar).
a. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsur makro dan mikro, asam amino, vitamin, gula serta hormon tumbuhan dengan perbandingan tertentu.
b. Siapkan eksplan (jaringan yang akan dikultur). Pada gambar terlihat eksplan berupa potongan dari akar tanaman wortel.
c. Tanamkan eksplan pada media yang telah disiapkan.
d. Setelah terbentuk calon tumbuhan (akar, tunas) maka dipindahkan ke media tanah untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa.
a. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsur makro dan mikro, asam amino, vitamin, gula serta hormon tumbuhan dengan perbandingan tertentu.
b. Siapkan eksplan (jaringan yang akan dikultur). Pada gambar terlihat eksplan berupa potongan dari akar tanaman wortel.
c. Tanamkan eksplan pada media yang telah disiapkan.
d. Setelah terbentuk calon tumbuhan (akar, tunas) maka dipindahkan ke media tanah untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Kelebihan Kultur Jaringan
Kelebihan kultur jaringan antara lain:
Kelebihan kultur jaringan antara lain:
- Tidak memerlukan tempat yang luas.
- Tanaman bisa diperbanyak dalam waktu yang singkat.
- Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim.
- Bibit yang dihasilkan lebih sehat.
- Memungkinkan adanya rekayasa genetika.
Selain itu juga memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu:
- Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi.
- Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, karena memerlukan keahlian khusus.
- Bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena terbiasa dalam kondisi lembap dan aseptik. (Yusnita, 2003:8) http://aprilia1894.blogspot.co.id/2013/04/kultur-jaringan-tanaman-anggrek.html
Langganan:
Postingan (Atom)