PENYAMBUNGAN SISIP
SATU MATA
Penyambungan satu mata, adalah salah satu cara untuk
efisiensi, yaitu untuk memperbanyak tanaman secara cepat, dengan keterbatasan
entrees yang dimiliki.
Batang bawah yang akan digunakan, tetap harus dipotong
batangnya, untuk menghindari dominansi apikal atau dominannya pertumbuhan
batang utama. Urutan kerjanya adalah sebagai berikut:
1. Siapkan batang atas. Usahakan batang atas tetap memiliki
daun (daun tidak dipotong). Kecuali jika mata tunas memang sudah tidak berdaun
lagi.
2. Potong root stock atau batang bawah, kira-kira 2-3 cm
diatas bonggolnya.
3. Kupas pinggir batang bawah, membentuk angka 7 terbalik.
4. Potong batang atas satu mata (bersama daunnya) dan batan
bawah mengikuti ukuran potongan batang atas
5. Rekatkan entrees pada batang bawah, dan ikat dengan tali
plastik. Pastikan mata tunas tidak ikut terikat.
6. Dua minggu sejak proses, tunas mulai muncul dari entrees.
Jika muncul tunas dari batang bawah, segera dibuang sebelum tumbuh membesar,
karena akan mengurangi kecepatan tumbuh tunas dari entrees
http://www.mangyono.com/2013/03/cara-menyambung-tanaman-dan-sistim-stek.html
Rabu, 01 Februari 2017
perabyakan tanaman bunga kamboja dengan cara sambung
PENYAMBUNGAN
Tata cara pengerjaannya adalah sebagai berikut:
Tata cara pengerjaannya adalah sebagai berikut:
1. Seperti biasanya pertama sediakan Gula dan kopi dan langsung di seduh ( untuk menemani proses
pengerjaan heheheh )
2.Persiapkan semua alat dan bahan untuk di sambung.
3. Entress atau batang atas, daunnya dibuang, disisakan pangkal tangkai daun sekitar 1 milimeter dari batang.
4. Potong batang bawah secara horisontal, lurus, dan usahakan pemotongan sekali tebas langsung putus.
5. Buatlah sayatan berbentuk huruf V pada batang bawah dimulai dari tempat hasil potongan horisontal.
6. Buat potongan huruf V terbalik untuk entrees atau batang atas, kemudian potong bagian atasnya sehingga entress berukuran panjang 2-3 cm, dan terdapat beberapa ruas.
7. Rekatkan batang atas pada batang bawah mengikuti alur huruf V. Pastikan bahwa kedua potongan huruf V sebidang sehingga ketika direkatkan, tidak ada rongga.
8. Ikat bidang sambungan dengan plastik pengikat, dan ditutup dengan plastik penutup. Sebaiknya plastik transparan
2.Persiapkan semua alat dan bahan untuk di sambung.
3. Entress atau batang atas, daunnya dibuang, disisakan pangkal tangkai daun sekitar 1 milimeter dari batang.
4. Potong batang bawah secara horisontal, lurus, dan usahakan pemotongan sekali tebas langsung putus.
5. Buatlah sayatan berbentuk huruf V pada batang bawah dimulai dari tempat hasil potongan horisontal.
6. Buat potongan huruf V terbalik untuk entrees atau batang atas, kemudian potong bagian atasnya sehingga entress berukuran panjang 2-3 cm, dan terdapat beberapa ruas.
7. Rekatkan batang atas pada batang bawah mengikuti alur huruf V. Pastikan bahwa kedua potongan huruf V sebidang sehingga ketika direkatkan, tidak ada rongga.
8. Ikat bidang sambungan dengan plastik pengikat, dan ditutup dengan plastik penutup. Sebaiknya plastik transparan
9. 2 (dua) minggu setelah penyambungan, buka plastik penutup.
Sedangkan plastik pengikat masih dibiarkan menempel. Plastik pengikat dapat
dibuka setelah 3-4 bulan. Keberhasilan ditandai dengan munculnya tunas dari
ruas batang atas, sekitar 2-3 milimeter saat penyambungan telah 2 minggu.
Selanjutnya tanaman yang sehat, akan berbunga setelah 2-3 bulan dari saat
penyambungan.
http://www.mangyono.com/2013/03/cara-menyambung-tanaman-dan-sistim-stek.html
kultur jaringan pisang cavendish
Tanaman pisang mempunyai ciri spesifik yang mudah dibedakan dari jenis
tanaman lainnya. Tanamannya terdiri dari daun, batang (bonggol), batang
semu, bunga, dan buah. Pisang termasuk keluarga musaceae, salah satu
anggota ordo scitamineae.
Morfologi tanaman dapat tampak jelas melalui batangnya yang
berlapis-lapis. Lapisan ini sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun
yang dapat menyimpan air (sukulenta) sehingga lebih tepat disebut
batang semu (pseudostem). Daun pisang Cavendish berwarna hijau tua.
Lembaran daun (lamina) pisang lebar dengan urat daun utama menonjol
berukuran besar sebagai pengembangan dari morfologis lapisan batang semu
(gedebog). Batang pisang sesungguhnya terdapat didalam tanah, yaitu
yang sering disebut bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas
terdapat mata calon tumbuh tunas anakan. Bunga pisang yang disebut
tongkol yang disebut jantung. Bunga ini muncul dari primordia yang
terbentuk pada bonggolnya, perkembangan primordia bunga memanjang keatas
hingga menembus inti batang semu dan keluar diujung batang semu
tersebut. Panjang Tandan 60 - 100 cm dengan berat 15 - 30 kg. Setiap
tandan terdiri dari 8 - 13 sisiran dan setiap sisiran ada 12 - 22 buah.
Daging buah putih kekuningan, rasanya manis agak asam, dan lunak. Kulit
buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai kuning muda halus. Umur
panen 3 - 3,5 bulan sejak keluar jantung.
Salah satu tanaman buah-buahan yang diperbanyak secara komersial dengan
teknik kultur jaringan adalah pisang. Pisang biasanya diperbanyak secara
vegetatif menggunakan anakan atau bonggolnya. Ukuran anakan yang cukup
besar menyulitkan transportasi bibit dari satu tempat ke tempat
penanamannya. Anakan yang diproduksi oleh satu induk pisang ukuran dan
umurnya beragam, sehingga sangat sulit untuk memperoleh anakan berukuran
seragam dalam jumlah memadai untuk perkebunan pisang secara komersial.
Perbanyakan klonal pisang dengan teknik kultur jaringan dapat mengatasi
kendala-kendala tersebut. Metode dan tahapan perbanyakan yang digunakan
untuk perbanyakan klonal pisang ini serupa dengan metode perbanyakan
lainnya. Teknik yang umum digunakan adalah kultur meristem (meristem
culture) atau kultur pucuk (shoot culture), selain itu telah dicoba juga
untuk mengkulturkan tangkai bunga inflorescence muda pisang. Pisang
Cavendish di Indonesia lebih dikenal dengan Pisang Ambon Putih.
Perbanyakan tanaman pisang secara kultur jaringan bertujuan untuk
mendapatkan bibit bermutu dalam jumlah banyak dan cepat selama kurun
waktu tertentu. Ditinjau dari tujuan tersebut maka adanya bibit kultur
jaringan akan mampu mendukung pengembangan kebun agribisnis dalam skala
luas. Bibit pisang kultur jaringan adalah bibit yang dihasilkan melalui
biakan jaringan (sel meristem) pada media buatan dalam laboratorium (in
vitro).
Untuk menghasilkan bibit kultur jaringan yang bermutu, perlu didukung
oleh beberapa komponen, yaitu prasarana, bahan kimia untuk pembuatan
media, varietas unggul dan tenaga ahli. Prasarana berupa laboratorium
yang memenuhi syarat, rumah kaca atau plastik untuk membesarkan bibit
yang masih sangat kecil (plantlet), serta peralatan.
Menurut George dan Sherrington (1984) keberhasilan dalam kultur jaringan
sangat ditentukan oleh medium yang digunakan. Media yang digunakan
untuk perbanyakan klonal pisang ini umumnya adalah media MS. Untuk
merangsang pertumbuhan tunas pada eksplan, zat pengatur tumbuh umumnya
ditambahkan ke dalam media kultur. Sitokinin BAP (Benzil Amino Purin)
umumnya digunakan pada kisaran konsentrasi 3 - 6 ppm tergantung
varietas, dengan atau tanpa kombinasi dengan auksin. Keasaman media
umumnya adalah 5,5 sampai 6. Inisiasi merupakan proses awal dalam
kegiatan kultur jaringan sehingga akan menjadi penentu keberhasilan
kultur. Proses pertama dalam inisiasi adalah pengambilan eksplan atau
bahan kultur dari lapangan, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
sterilisasi eksplan (Anonim, 2002).
Prosedur kerja inisiasi pisang : Sterilisasi di luar Laminar Air Flow
Cabinet 1. Cuci dan kupas eksplan pisang di air mengalir sampai bersih
2. Rendam eksplan pisang dalam larutan fungisida dan bakterisida 2 mg/ L
selama 1-24 jam Sterilisasi di dalam Laminar Air Flow Cabinet 1. Rendam
dalam larutan clorox 30% selama 15 menit, bilas 2x dengan air steril
dan kupas 1-2 pelepah 2. Rendam dalam larutan clorox 15% selama 10
menit, bilas 2x dengan air steril dan kupas 1-2 pelepah 3. Kupas sampai
sisa 3 daun pelepah ukuran 1,5x1,5 cm 4. Celup dalam larutan clorox 1%
dan tanam di media Lama waktu inisiasi dalam kondisi normal adalah 4
minggu (minimal telah 2x subkultur), selanjutnya masuk tahap
multiplikasi.
http://kultur-jaringan.blogspot.co.id/2009/10/kultur-jaringan-pisang-cavendish.html
kultur jaringan bunga krisan
KULTUR JARINGAN BUNGA KRISAN
KULTUR JARINGAN BUNGA KRISAN
Klasifikasi Tanaman Krisan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi: Angiosperms
Order: Asterales
Family : Asteraceae
Tribe: Anthemideae
Genus : Chrysanthemum
Type spesies : Chrysanthemum indicum L
Spesies : Chrysanthemum morifolium ramat
(W ijayakusuma, 2000)
Morfologi Tanaman Krisan
Tanaman krisan merupakan tanaman semusim (anual) yang berkisar 9-12 hari tergantun varietas dan lingkungan tempat menanamnya. Tanaman krisan dapat dipertahankan hingga beberapa tahun bila dikehendaki, tetapi bunga yang dihasilkan biasanya jauh menurun kualitasnya (Hasyim dan rexa, 1995). Menurut Rukmana (1997), tanaman krisan tumbuh menyemak setinggi 30-200 cm, sistem perakarannya serabut yang keluar dari batang utama. Akar menyebar kesegala arah pada radius dan kedalaman 50-70 cm atau lebih. Batang tanaman krisan tumbuh agak tegak dengan percabangan yang agak jarang, berstruktur lunak, dan berwarna hijau tetapi bila dibiarkan tumbuh terus, batang berubah menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecoklatan, serta berdiameter batang sekitar 0,5 cm.
Bunga krisan tumbuh tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai berukuran pendek sampai panjang, serta termasuk bunga lengkap. Bunga krisan merupakan bunga majemuk yag terdiri atas bunga pita dan bunga tabung. Pada bunga pita terdapat bunga betina (pistil), sedangkan bunga tabung terdiri atas bunga jantan dan bunga betina (biseksual) dan biasanya fertil (kofranek, 1980).
Syarat-Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah untuk cucah hujan tinggi penanaman dilakukan di dalam green house. Suhu toleran untuk tanaman krisan adalah 170-300C, untuk daerah tropis seperti di Indonesia cocok menggunakan suhu 200-260C. Kelembaban yang dibutuhkan untuk tanaman krisan sangat tinggi ketika pembentukan akar, pada stek kelembabannya 90%-95%. Kemudian tanaman muda sampai tua kelembabannya 70%-80%, dengan sirkulasi udara yang memadai. Kadar CO2 di udara sekitar 3000 ppm, sedangkan kadar CO2 yang ideal untuk fotosintesis adalah 600-900 ppm. Untuk pembungaan membutuhkan lebih lama cahaya, dimana dapat menambah cahaya menggunakan bantuan TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik ketika tengah malam yaitu jam 22.30-01.00 dengan lampu 150 watt untuk 9 m2, dan lampu di pasang menggantung 1,5 m dari tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan pada vegetativ (2-8 minggu) untuk merangsang pembentukkan bunga (Lukito, 1998).
Media tanam dan ketinggian tempat
Untuk pertumbuhan tanaman yang optimum dibutuhkan media yang ideal, di mana tekstur media harus liat berpasir, subur, gembur dan memiliki drainase yang baik, serta tidak mengandung hama dan penyakit. Derajat keasaman media yang baik untuk petumbuhan tanaman adalah 5,5-6,7. Kemudian untuk ketinggian ideal untuk pertumbuhan tanaman sekitar 700-1200 m dpl (Rukmana dan Mulyana, 1997).
Budidaya
Kultur Jaringan Krisan Dengan Eksplan Nodus Batang
Jenis dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas: a) Krisan lokal (krisan kuno) Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur). b) Krisan introduksi (krisan modern atau krisan hibrida) Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C. i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo, Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong (berbunga pink). c) Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi 27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai: a) Bunga pot Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning). b) Bunga potong Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll. Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. 2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga. 3) Suhu udara terbaik untukdaerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C. 4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. 5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
Langkah-langkah Kultur Jaringan Pada Krisan
Pengambilan eksplan atau sumber eksplan krisan berupa pucuk dan nodus berasal dari tanaman induk krisan di rumah kaca perbenihan Balithi Segunung dan planlet di laboratorium kultur jaringan Balithi Segunung. Pembuatan Media MS Media yang digunakan untuk tanaman krisan di Balithi Segunung adalah media induksi tunas dan media perbanyakan. Komposisi media yang digunakan untuk induksi tunas adalah½ MS + 0.5 IAA komposisi media yang digunakan untuk perbanyakan adalah½ MS + 0.1 IAA Menyiapkan Eksplan Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan eksplan merupakan factor penting penentu keberhasilan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan sebagai bahan kultur adalah jenis tanaman, bagian tanaman yang digunakan, morfologi permukaan, lingkungan tumbuhnya, kondisi tanaman, dan musim waktu mengambilnya. Umumnya bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang aktif karena mempunyai regenerasi yang tinggi.
Eksplan yang digunakan pada tanaman krisan adalah nodus karena untuk menginduks tunas aksilar. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik. Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptic berarti bebas dari mikroorganisme.
Pemilihan Dan Penyipan Tanaman Induk
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman kegiatan pertama harus dilakukan adalah memilih tanaman induk yang hendak diperbanya. Seleksi untuk mendapatkan klon-klon yang dikehendaki. Klon yang mempunyai sifat beda, unik, stabil dan seragam kemudian dijadikan tanaman induk tunggal dan sebagai tanaman donor (bahan eksplan) untuk perbanyakan secara in vitro. Planlet (tanaman) hasil dari perbanyakan in vitro kemudian diaklimatisasi di rumah kaca. Setelah tanaman beradaptasi dengan lingkungan rumah kaca kemudian diperbanyak untuk keperluan tanaman induk yang akan menghasilkan tanaman produksi.
Penting sekali untuk lingkungan tanamn induk tersebut harus heginis untuk mendapatkan eksplan yang berkualitas dan lebih bersih untuk pembiakan in-vintro.
Pengerjaannya dilakukan dalam ruang laminar agar terhindar dari kontaminan. Penanamannya dikelompokkan berdasarkan nomor ruas. Setiap botol diisi 5 eksplan dan diulang empat kali. Botol kultur selanjutnya diinkubasi dalam ruang pertumbuhan dengan pencahayaan 16 jam di bawah lampu fluoresen 40 watt, suhu 24-26 oC, dan kelembapan 60-80% hingga eksplan tumbuh menjadi planlet (tanaman hasil kultur jaringan yang telah lengkap memiliki bagian-bagian tanaman yang meliputi akar, batang, dan daun)
Cara Sterilisasi Untuk Tanaman Krisan
• Mengambil eksplan yang telah diseleksi berdasarkan ketahanan vigor, hama penyakit, dan jumlah daun 4 - 5 helai atau 3 - 4 nodus.
• Memotong eksplan per nodus dengan mengurangi atau memotong sebagian helai daun.
• Eksplan direndam dalam larutan Benlatte dan Bactomicyn (fungisida dan bakterisida), masing-masing sebanyak 1 g/300 ml aquades sambil dikocok-jocok selama 30 menit.
• Membilas eksplan dengan air aquadest sebanyak 4 - 5 kali.
• Selanjutnya eksplan dibawa ke laminar.
• Eksplan dimasukkan ke dalam larutan tween 2 tetes/100 ml aquades sambil dikocok-kocok selama 5 menit.
• Eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 0.5 % selama 5 menit sambil dikocok-kocok.
• Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam larutan Chlorox 1 % selama 3 menit sambil dikocok-kocok.
• Eksplan dibilas dengan air destilasi sebanyak 5 - 6 kali.
Penanaman Eksplan Kegiatan dan Media Tanam
Penanaman eksplan ke dalam botol kultur disebut dengan inokulasi. Kegiatan ini dilakukan setelah eksplan disterilisasi, diawali dengan memotong bagian permukaan eksplan. Selanjutnya eksplan berupa nodus ditanam sebanyak dua buah dalam media ½ MS + IAA 0.5 mg/l, sedangkan eksplan berupa pucuk tidak perlu ditanam, cukup diletakkan saja pada media yang sama sebanyak 3 buah. Sebelum ditutup dengan plastik wrap, plastik transparan, dan karet, botol media yang telah ditanami terlebih dahulu dipanaskan di atas api bunsen. Selanjutnya botol diberi label jenis tanaman dan tanggal penanaman. Eksplan yang telah dikulturkan dibawa ke ruang inkubasi dan dibiarkan sampai tumbuh.
http://tissuecultureandorchidologi.blogspot.co.id/2012/02/kultur-jaringan-bunga-krisan.html
cara aklimatisasi tanaman anggrek
Cara Aklimatisasi (Anggrek)
Mengeluarkan anggrek dari dalam botol
Sekitar 7-8 bulan setelah berkecambah, anakan anggrek siap dikeluarkan dari
dalam botol. Anakan anggrek di dalam botol disebut dengan sedling. Sedling yang
siap dikeluarkan mempunyai akar yang banyak dan kelihatan kokoh. Mengeluarkan
sedling dari dalam botol harus berhati-hati. Sedling yang dikeluarkan dari
botol sering tidak bisa beradaptasi ketika dipindahkan ke kompot karena telah
terbiasa hidup manja, dengan makanan yang sudah disediakan di dalam botol.
Pengeluaran sedling dari dalam botol bisa dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut.
Cara Pertama
* Siapkan baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Pecahkan botol di atas baskom. Kaca pecahan botol akan tenggelam dan anakan anggrek akan mengambang di atas permukaan air.
* Cuci anakan anggrek hingga bersih dan tidak terdapat agar-agar. Agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang merugikan anggrek.
* Rendam anakan anggrek di dalam physan (zat anti jamur) dengan dosis 2-3 mg per satu liter air agar tidak ditumbuhi jamur.
* Letakkan anakan anggrek di atas Koran dan diangin-anginkan agar bebas dari air.
* Setelah kering, pindahkan anggrek ke dalam kompot. Satu kompot bisa digunakan untuk 20-40 anakan anggrek, tergantung pada ukuran kompot dan besarnya anakan.
Cara Kedua
* Buka tutup botol dan masukkan air sampai setengahnya.
* Goyang-goyangkan botol hingga tanaman dan akarnya terpisah dari agar-agar.
* Keluarkan anakan anggrek menggunakan pinset atau kawat yang ujungnya dibengkokkan membentuk huruf “U”. Caranya dengan mengaitkan dan menarik akar anakan anggrek keluar sampai terjatuh ke dalam baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Langkah selanjutnya sama seperti cara pertama.
Memindahkan anakan ke kompot
Setelah anakan anggrek dikeluarkan dari dalam botol, langkah selanjutnya adalah menanamnya di kompot. Kompot yang digunakan berdiameter 7, 12, 16, atau 20cm. Kompot tersebut tidak terlalu tinggi atau dalam, tetapi menyerupai cobek (tempat membuat sambal dari tanah liat). Kompot ada yang terbuat dari tanah atau plastik.
Media tanam yang digunakan bisa berupa pakis, sabut kelapa, moss (Lumut), akar kadaka dan kulit pinus. Sebelum digunakan, media tersebut harus direbus di dalam air selama 30 menit agar terbebas dari tanin atau zat perangsang pertumbuhan jamur.
Cara Pertama
* Siapkan baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Pecahkan botol di atas baskom. Kaca pecahan botol akan tenggelam dan anakan anggrek akan mengambang di atas permukaan air.
* Cuci anakan anggrek hingga bersih dan tidak terdapat agar-agar. Agar-agar yang masih menempel dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang merugikan anggrek.
* Rendam anakan anggrek di dalam physan (zat anti jamur) dengan dosis 2-3 mg per satu liter air agar tidak ditumbuhi jamur.
* Letakkan anakan anggrek di atas Koran dan diangin-anginkan agar bebas dari air.
* Setelah kering, pindahkan anggrek ke dalam kompot. Satu kompot bisa digunakan untuk 20-40 anakan anggrek, tergantung pada ukuran kompot dan besarnya anakan.
Cara Kedua
* Buka tutup botol dan masukkan air sampai setengahnya.
* Goyang-goyangkan botol hingga tanaman dan akarnya terpisah dari agar-agar.
* Keluarkan anakan anggrek menggunakan pinset atau kawat yang ujungnya dibengkokkan membentuk huruf “U”. Caranya dengan mengaitkan dan menarik akar anakan anggrek keluar sampai terjatuh ke dalam baskom yang berisi air bersih dan steril.
* Langkah selanjutnya sama seperti cara pertama.
Memindahkan anakan ke kompot
Setelah anakan anggrek dikeluarkan dari dalam botol, langkah selanjutnya adalah menanamnya di kompot. Kompot yang digunakan berdiameter 7, 12, 16, atau 20cm. Kompot tersebut tidak terlalu tinggi atau dalam, tetapi menyerupai cobek (tempat membuat sambal dari tanah liat). Kompot ada yang terbuat dari tanah atau plastik.
Media tanam yang digunakan bisa berupa pakis, sabut kelapa, moss (Lumut), akar kadaka dan kulit pinus. Sebelum digunakan, media tersebut harus direbus di dalam air selama 30 menit agar terbebas dari tanin atau zat perangsang pertumbuhan jamur.
http://aprilia1894.blogspot.co.id/2013/04/kultur-jaringan-tanaman-anggrek.html
aklimatisasi kultur jaringan tanaman anggrek
AKLIMATISASI KULTUR JARIngaN
TANAMAN ANGGREK
Aklimatisasi
adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula
kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya
tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya
dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop.
Aklimatisasi atau
penyesuaian terhadap lingkungan baru dari lingkungan yang terkendali ke
lingkungan yang relatih berubah. Bibit anggrek hasil perbanyakan secara in
vitro membutuhkan proses adaptasi sebelum tumbuh besar menjadi tanaman.
Untuk itu perlu kiranya mengetahui tahapannya sebagai berikut :
- Kriteria bibit botol yang siap dikeluarkan yaitu
daun sudah menyentuh dinding atas botol, akar sudah tumbuh dengan baik, media
sudah habis/kering, atau jika bibit dalam botol terkontaminasi jamur atau
bakteri sehingga perlu segera dikeluarkan;
- Tulis
kode silangan atau nama jenis anggrek beserta tanggal keluar bibit botol
gantungkan di baki kompot, tulis juga dalam buku sewaktu-waktu dapat dilacak;
- Gunakan
tray plastik berlubang sebagai pengganti pot kompot
- Buka
tutup botol dan gunakan kawat berujung melengkung ‘U’ dan tarik satu persatu
bibit, usahakan akar terlebih dahulu yang di kelurkan;
- Untuk
mempercepat pekerjaan dapat pula dengan cara bungkus botol dengan koran dan
pukul belakang botol dengan palu hingga pecah;
- Setelah
bibit dikeluarkan, dibilas di atas tray plastik berlubang kemudian semprot
dengan air mengalir hingga sisa media agar yang menempel pada akar bersih;
- Tiriskan bibit yang bersih di
atas kertas koran;
- Tanaman secara berkelompok bibit
sesuai dengan ukuran bibit yang besar terlebih dahulu kemudian bibit yang kecil
dengan posisi bibit berdiri;
- Setelah selesai menanam simpan
kompot anggrek di tempat yang teduh bersirkulasi udara baik;
- Semprot menggunakan handsprayer
kompot anggrek tadi keesokan harinya; setiap hari selama satu minggu;
- Setelah satu minggu pertama
penyiraman sudah dapat menggunakan air mengalir dari selang; pemupukan sudah
dapat diaplikasikan menggunakan pupuk yang berimbang kadar N:P:K = 21:21:21 dengan
konsentrasi ¼ anjuran dalam kemasan satu minggu dua kali;
- Penggunaan Vitamin B1 dapat juga
digunakan dengan konsentrasi 1/4/ anjuran dalam kemasan satu minggu sekali;
- Setelah kompot anggrek berumur kurang lebih 1 – 1,5
bulan dengan ciri bibit sudah kekar dan akar baru sudah tumbuh, bibit dapat
ditanam dalam individual pot berukuran 5 cm dengan media pakis atau sabut
kelapa. Bibit dengan ukuran kecil dapat diteruskan penanamannya dalam kompot;
- Catatan: Masing-masing nursery dan
petani memiliki cara yang berbeda-beda. Cara yang kami lakukan bisa disebut
dengan cara kering, dengan maksud menghindari bibit terlalu sering terkena air,
karena akan mengakibatkan bibit menjadi lemas (osmosis rendah). Sehingga bibit
saat ditanam akan layu dan tidak dapat berdiri;
- Penggunaan fungisida yang biasa digunakan dalam beberapa
buku tentang aklimatisasi dengan merendam bibit sebelum ditanam tidak kami
lakukan kecuali bibit dalam botol sebelumnya sudah terkontaminasi jamur.
Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan
plantlet hasil seleksi. Plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk
memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi
dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran.
Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar,
warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar
bagus.
Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.
Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah.
Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi pada anggrek adalah pakis dan arang kayu / genting. Selain itu juga kelembapan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap pada minggu–minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32oC.
Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).
Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi merupakan tahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, dan lapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebih rendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripada kondisi di dalam botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.
Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomata sebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangat rendah.
Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi pada anggrek adalah pakis dan arang kayu / genting. Selain itu juga kelembapan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap pada minggu–minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32oC.
http://aprilia1894.blogspot.co.id/2013/04/kultur-jaringan-tanaman-anggrek.html
kultur jaringan tanaman anggrek
KULTUR JARINGAN
TANAMAN ANGGREK
Langkah-langkah Teknik Kultur
Jaringan
Salah satu aplikasi bioteknologi yaitu dengan
kultur jaringan. Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan
bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ dalam kondisi aseptik
secara in vitro. Teknik kultur jaringan dicirikan dengan kondisi yang aseptik
atau steril dari segala macam bentuk kontaminan, menggunakan media kultur yang
memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan menggunakan ZPT ( zat pengatur
tumbuh ), serta kondisi ruang tempat pelaksanaan kultur jaringan diatur suhu
dan pencahayaannya. (Yusnita, 2003: 1).
Sebenarnya kultur
jaringan merupakan salah satu bentuk kloning pada tumbuhan. Tumbuhan dapat
diperbanyak melalui proses kultur jaringan karena memiliki sifat totipotensi,
yaitu bahwa setiap sel tanaman yang hidup dilengkapi dengan informasi genetik
dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman utuh. Proses kultur jaringan dimulai dengan memotong bagian tanaman
yang akan dibiakkan dalam media kultur. Bagian tanaman yang akan dikulturkan
ini disebut sebagai eksplan. Umumnya bagian tanaman yang dijadikan eksplan
adalah jaringan yang masih muda dan bersifat meristematis, karena memiliki daya
regenerasi yang tinggi dan masih aktif membelah. Eksplan kemudian diletakkan
dalam media kultur yang sesuai. Eksplan tadi akan terus membelah membentuk masa
sel yang belum terdifferensiasi, yaitu kalus. Kalus kemudian dipindah dalam
media differensiasi yang akan terus tumbuh dan berkembang menjadi tanaman kecil
atau planlet.
Teknik kultur
jaringan merupakan cara perbanyakan tumbuhan secara invitro. Perbanyakan invitro
adalah penanaman jaringan atau organ tumbuhan di luar lingkungan tumbuhnya
Kultur
jaringan tanaman Anggrek
Melalui kultur
jaringan ini, jaringan tumbuhan diambil sedikit, lalu ditumbuhkan dalam media
buatan sehingga tumbuh menjadi tanaman sempurna. Kultur jaringan dilakukan berdasarkan
pada prinsip totipotensi. Menurut prinsip totipotensi setiap sel tumbuhan
mengandung semua informasi genetik yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang
menjadi tanaman lengkap.
Teknik kultur
jaringan tidak dapat dilakukan di sembarang tempat. Teknik ini harus dilakukan
di dalam ruangan khusus yang steril agar terbebas dari kontaminasi udara luar.
Kultur jaringan dilakukan di dalam suatu laboratorium khusus yang digunakan
untuk kultur jaringan. Laboratorium berfungsi untuk mengkondisikan kultur dalam
suhu dan pencahayaan terkontrol yang dilengkapi dengan alat dan bahan untuk
pembuatan media. Pada dasarnya tumbuh-tumbuhan memiliki daya regenerasi yang
kuat. Dasar inilah yang akhirnya menjadi titik tolak berkembangnya industri
perbanyakan (propagasi) tanaman.
Bila sel-sel
jaringan atau organ tanaman ditanam di luar lingkungan tumbuhnya (invitro)
dengan menggunakan larutan bahan makanan sintetik ternyata dapat berenegerasi
menjadi tunas dan akar yang selanjutnya dapat berkembang menjadi tanaman normal
yang mampu hidup mandiri menjadi tumbuhan yang utuh.
1. Langkah-Langkah
Teknik Kultur Jaringan
Kultur jaringan
tumbuhan dapat dilakukan dengan langkah seperti terlihat pada Gambar berikut
ini. Dari gambar tersebut terlihat langkah-langkah yang dilakukan sebagai
berikut
(lihat Gambar).
a. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsur makro dan mikro, asam amino, vitamin, gula serta hormon tumbuhan dengan perbandingan tertentu.
b. Siapkan eksplan (jaringan yang akan dikultur). Pada gambar terlihat eksplan berupa potongan dari akar tanaman wortel.
c. Tanamkan eksplan pada media yang telah disiapkan.
d. Setelah terbentuk calon tumbuhan (akar, tunas) maka dipindahkan ke media tanah untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa.
a. Menyiapkan media tumbuh yang terdiri atas campuran garam mineral berisi unsur makro dan mikro, asam amino, vitamin, gula serta hormon tumbuhan dengan perbandingan tertentu.
b. Siapkan eksplan (jaringan yang akan dikultur). Pada gambar terlihat eksplan berupa potongan dari akar tanaman wortel.
c. Tanamkan eksplan pada media yang telah disiapkan.
d. Setelah terbentuk calon tumbuhan (akar, tunas) maka dipindahkan ke media tanah untuk tumbuh menjadi tanaman dewasa.
Kelebihan Kultur Jaringan
Kelebihan kultur jaringan antara lain:
Kelebihan kultur jaringan antara lain:
- Tidak memerlukan tempat yang luas.
- Tanaman bisa diperbanyak dalam waktu yang singkat.
- Pelaksanaannya tidak tergantung pada musim.
- Bibit yang dihasilkan lebih sehat.
- Memungkinkan adanya rekayasa genetika.
Selain itu juga memiliki kelemahan-kelemahan, yaitu:
- Diperlukan biaya awal yang relatif tinggi.
- Hanya mampu dilakukan oleh orang-orang tertentu saja, karena memerlukan keahlian khusus.
- Bibit hasil kultur jaringan memerlukan proses aklimatisasi, karena terbiasa dalam kondisi lembap dan aseptik. (Yusnita, 2003:8) http://aprilia1894.blogspot.co.id/2013/04/kultur-jaringan-tanaman-anggrek.html
laboratorium dan ruangan kuljar
LABORATORIUM DAN RUANGAN
KULTUR JARINGAN
Dalam kultur jaringan, pertumbuhan eksplan atau inokulum diusahakan dalam lingkungan aseptik dan terkendali. Implikasi dari keadaan ini adalah bahwa setiap langkah dalam pelaksanaanya harus dilakukan dalam laboratorium. Laboratorium yang efektif merupakan salah satu unsur penting yang ikut menentukan keberhasilan suatu kegiatan, baik untuk keperluan peneletian, maupun produksi. Laboratorium kultur jaringan sebaiknya mempunyai pembagian ruangan yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan terpisah satu dengan yang lainya, tetapi juga saling berhubungan dan mudah dicapai.
Penataan ruangan dalam laboratorium, dikaitkan dengan langkah-langkah dalam prosedur kultur jaringan dan alat-alat yang diperlukan. Kegiatan kultur jaringan di dalam laboratorium, dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
(1) Persiapan media dan bahan tanaman.
(2) Isolasi dan penanaman.
(3) Inkubasi dan penyinaran kultur.
Masing-masing kegiatan harus terpisah satu dengan lainya, dengan peralatan yang tersendiri, karena kegiatan-kegiatan tersebut, maka ruangan yang dibutuhkan adalah :
1. Ruang persiapan dan ruang stok
2. Ruang isolasi dan penanaman.
3. Ruang kultur.
5. Ruang mikroskop atau ruang analisa.
Ruang kultur biasanya merupakan ruang yang terbesar dari ruang laboratorium dan harus dipikirkan kemungkinan perluasan. Ruang persiapan dan ruang transfer tergantung dari jumlah dan besar alat-alat, sedangkan ruang stok merupakan ruangan terkecil dan tergantung dari macam pekerjaan, kadang-kadang dibutuhkan ruang mikroskop dan/atau ruang analisa. Ukuran tiap ruangan sangat tergantung dari: A. Alat-alat yang dipergunakan; B. Jumlah personalisa yang terlibat; C. Tujuan pekerjaan; D. kapasitas produksi; E. Biaya yang tersedia.
Ruangan laboratorium harus dijaga tetap bersih, serta bebas dari hewan kecil seperti tikus dan insek (lalat, semut, kecoa dan lain-lain). Sarana dasar seperti : aliran listrik yang cukup, air yang lancar, dan gas, merupakan perlengkapan yang dapat dikatakan harus dimiliki.
1. Ruang persiapan dan ruang stok
Ruang ini merupakan bagian pusat kegiatan laboratories dimana sebagian besar aktifitas kegiatan dikerjakan diruang ini. Aktifitas-aktifitas yang dikerjakan disini antara lain mempersipakan media kultur dan bahan tanaman yang akan dipergunakan, sebagai tempat mencuci alat-alat laboratorium dan tempat menyimpan alat-alat gelas. Fasilitas yang dibutuhkan dalam ruangan ini adalah meja tempat meletakkan alat-alat pemanas, meja untuk alat-alat timbang, meja untuk bekerja dan tempat mencuci.
Persiapan media meliputi penimbangan bahan, pengenceran media, penuangan ke dalam wadah kultur dan sterilisasi. Persiapan bahan tanaman meliputi pencucian kotoran-kotoran dari lapangan, pembuangan dan pemotongan bagian-bagian yang tidak diperlukan serta perlakuan awal untuk mengurangi sumber kontaminasi yang ada pada permukaan bahan tanaman.
Peralatan yang diletakkan dalam ruangan ini terdiri dari :
1. Timbangan analitik timbangan makro.
2. Refrigerator , Freezer dan desikator.
3. Hot plate yang dilengkapi stirrer atau kompor gas
4. Stirrer dengan magnetic stirrer.
5. Autoklaf vertical atau horizontal.
6. Microwave oven.
7. pH meter.
8. agar dispenser.
9. Oven.
10. Destiltor
11. Water bath yang dilengkapi pengatur temperatur
12. Centrifuge dan Vortex
13. Alat-alat gelas standard, antara lain: labu takar berbagai ukuran, pipet biasa dan mikro pipet, erlenmeyer berbagai ukuran (100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml), gelas piala berukuran (100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml), pengaduk gelas, wadah kultur : botol, tabung reaksi, cawan petri, gelas ukur dalam berbagai ukuran.
14. Alat untuk mencuci.
15. Rak-rak pengering.
16. Lemari alat-alat, bahan kimia, serta bahan-bahan lain (alumunium foil, kertas timbang, karet gelang dan sebagainya).
17. Alat-alat kecil: spatula, pisau , scalpel dan pinset.
18. Fume hood (ruang asam)
19. Hood tempat penimbangan bahan-bahan yang carcinogenic.
20. Kereta dorong (cart) untuk memudahkan pemindahan alat-alat dan media dari ruang satu ke ruang lainnya.
Ruang stok sangat diperlukan untuk menyimpan larutan stok makronutrien, mikronutrien, senyawa khelat (Fe-EDTA), vitamin dan zat pengatur tumbuh. Pada skala laboratories ruang stok cukup kulkas (refrigerator), freezer, akan tetapi untuk skala industri dibutuhkan ruangan yang lebih besar, sehingga ruang ini berupa kamar yang berukuran sesuai kebutuhan, misalnya berukuran 3 x 3 x 3 m3 .
Untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam pelaksanaan kultur jaringan, keperluan dalam tiap tahapan kerja sudah direncanakan terlebih dahulu. Sebelum pekerjaan penanaman baru dan subkultur rutin dilakukan, media tumbuh sudah dipersiapkan minimum 3 hari sebelum diperlukan. Media-media yang dipersiapkan ini harus disimpan di ruang yang dingin dan gelap. Ruang untuk penyimpanan media-media yang disediakan ini disebut ruang stok. Ruang stok harus berhubungan langsung 2 arah, satu arah dengan ruang persiapan dan arah lain dengan ruang transfer. Kebersihan ruangan harus diperhatikan. Tidak ada alat-alat yang diletakkan dalam ruang stok, Hanya perlu rak-rak untuk meletakkan media. Larutan stok yang sudah mengalami pengendapan atau terkontaminasi sebaiknya tidak digunakan lagi dan segera dikeluarkan dari ruang stok supaya tidak memenuhi ruangan.
2. Ruang isolasi dan penanaman
Ruang isolasi sering diistalahkan dengan ruang steril atau ruang tabur. Ruangan ini untuk skala laboratories biasanya tidak begitu luas karena biasanya berisi satu laminar air flow yang diperuntukkan untuk seorang atau dua orang bekerja di dalamnya, akan tetapi untuk skala industri ruangan ini biasanya luas atau sangat luas tergantung berapa kapasitas orang yang bekerja sacara bersama-sama seperti gambar dibawah ini.
Ruang penabur harus selalu terjaga kebersihannya atau kesterilannya. Setiap akan dan selesai kegiatan penanaman eksplan selalu dibersihkan dan disterilkan menggunakan alcohol 70% atau spiritus, terutama pada meja laminar air flow, sedangkan lantai dan dinding ruangan dibersihkan dengan larutan pembersih lantai yang dilengkapi oleh desinfektan.
Di dalam ruangan Laminar air flow biasanya dilengkapi dengan lampu UV untuk sterilisasi ruangan di dalam LAF tersebut. Alat-alat yang selalu tersedia di dalam ruangan penabur selain LAF, adalah lampu Bunsen, hand sprayer, peralatan untuk isolasi eksplan yang sudah disterilkan dan rak dorong.
3. Ruang kultur.
Teknik kultur jaringan akan berhasil sukses bila dikerjakan di dalam laboratorium yang bersih dan steril, ruangan yang kering dan dilengkapi untuk memproteksi spora udara dari mikroorganisme. Sangat dianjurkan ruangan selalu bebas dari debu, sebelum melakukan segala aktifitas. Kultur jaringan tanaman harus diinkubasikan di bawah kondisi temperatur, pencahayaan, fotoperiode, kelembaban dan sirkulasi udara yang terkontrol.
Ruang inkubasi kultur biasanya merupakan ruang besar dengan kemungkinan perluasan bila diperlukan. Pertambahan kultur terjadi secara periodik disebabkan pertumbuhan satu jenis atau penambahan jenis kultur baru. Kultur yang tumbuh dan telah memperbanyak diri, secara teratur harus disubkultur. Tergantung dari jenis tanaman dan besarnya wadah kultur, subkultur dapat dilakukan setiap 4-6 minggu sekali. Hal ini berarti tiap bulan ada pelipatan jumlah kultur.
Botol kultur, biasa diatur pada rak-rak terbuka yang bersusun untuk menghemat area. Jarak antara tiap lapisan rak pada umumnya 40-50 cm. Jarak antara rak harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan lalu lintas pemeriksaan kultur. Di dalam ruang kultur pada keadaan tersusun di rak, lingkungan fisik pertumbuhan diatur sedemikian rupa sehingga mendukung pertumbuhan yang optimal. Studi yang sistematik tentang efek lingkungan ruang kultur untuk tiap tahap pertumbuhan eksplan, sangat jarang dilakukan. Namun secara garis besar, ruang kultur harus mempunyai pengaturan terhadap temperatur dan cahaya.
Eksplan memang sudah dipenuhi kebutuhan karbohidrat dari gula dan media, sehingga cahaya untuk keperluan fotosintetis tidak begitu mendesak, tetapi cahaya amat penting untuk pengendalian perkembangan eksplan. Unsur-unsur dari cahaya yang perlu diperhatikan adalah kwalitas cahaya, panjang penyinaran, dan intensitas cahaya. Temperatur ruang kultur juga menentukan respon fisiologi kultur dan kecepatan pertumbuhannya.
Kualitas cahaya. Cahaya putih merupakan cahaya yang baik untuk pertumbuhan kultur. Lampu fluorescent biasa digunakan sebagai sumber cahaya dalam ruang kultur. Keseimbangan spektrum lampu fluorescent sangat baik dan sangat efisien dalam penggunaan energi bila dibandingkan dengan lampu pijar. Bentuk lampu memungkinkan penyebaran cahaya yang baik, dengan panas yang dikeluarkan relatif rendah. Pada lampu pijar, hampir 90 persen merupakan energi panas sehingga mempengaruhi temperatur ruangan. Kadang-kadang pada kultur tertentu, campuran cahaya dari lampu pijar dan fluorescent memberi pertumbuhan yang lebih baik.
Intensitas cahaya. Intensitas cahay yang baik dari lampu fluorescent adalah antara 1000-400 ft-c (1000-4000 lux). Murashige menyatakan bahwa pengaruh penyinaran dalam pertumbuhan asparagus, Gerbera, dan Saxifraga secara in vitro, yang terbaik dalah 1000 ft-c untuk multiplikasi tunas, dan 300-1000 ft-c untuk perakaran tunas. Intensitas cahaya diatur dengan menempatkan jumlah lampu dengan kekuatan tertentu pada jarak antara 40-50 cm dari tabung kultur, untuk luas area tertentu.
Panjang penyinaran. Total cahaya yang dibutuhkan suatu tanaman merupakan fungsi dari periode penyinaran. Berapa lama cahaya harus diberikan, tergantung dari jenis tanaman dan respon yang diinginkan. Ada kultur yang membutuhkan penyinaran terus-menerus, tapi banyak juga penelitian yang memperoleh hasil bahwa penggunaan panjang penyinaran selama 14-16 jam memberikan hasil yang baik. Pada tanaman tertentu membutuhkan penyinaran 10 jam, dan sebagainya. Panjang penyinaran diatur dengan alat automatic time switch atau lebih umum disebut timer.
Temperatur. Temperatur di dalam ruang kultur diharapkan dapat diatur. Bila dapat, temperatur antara periode gelap dan terang diatur berbeda sehingga proses fisiologis yang diinginkan dapat terjadi. Banyak laporan menyatakan bahwa temperatur yang baik untuk pertumbuhan tanaman dalam in vitro antara 25-280 C yang merupakan suhu ruangan normal. Beberapa perlakuan khusus kadang-kadang membutuhkan suhu yang rendah, misalnya untuk pengumbian pada kultur kentang, suhu yang diperlukan adalah 18-20o C. Suhu ruangan di negara tropis dapat diturunkan dengan pemasangan AC. Pemakain AC mutlak, karena ruang kultur merupakan ruang tertutup yang sedikit sekali mempunyai aliran udara bebas.
Alat-alat yang diperlukan dalam ruang kultur adalah :
1. Rak-rak kultur 3-4 tingkat dengan lampu fluorescent atau lampu TL.
2. Timer untuk mengatur lama penyinaran.
3. AC dan remote untuk mengatur temperature.
4. Mikroskop binokuler dan mikroskop inverted.
5. Alat-alat penunjang (kertas millimeter, penggaris, alat pembesar, dan sebagainya).
6. Shaker horizontal dan fermentor.
http://anton-kulturjaringan.blogspot.co.id/2011/06/kultur-jaringan.html
KULTUR JARINGAN
Dalam kultur jaringan, pertumbuhan eksplan atau inokulum diusahakan dalam lingkungan aseptik dan terkendali. Implikasi dari keadaan ini adalah bahwa setiap langkah dalam pelaksanaanya harus dilakukan dalam laboratorium. Laboratorium yang efektif merupakan salah satu unsur penting yang ikut menentukan keberhasilan suatu kegiatan, baik untuk keperluan peneletian, maupun produksi. Laboratorium kultur jaringan sebaiknya mempunyai pembagian ruangan yang diatur sedemikian rupa sehingga setiap kegiatan terpisah satu dengan yang lainya, tetapi juga saling berhubungan dan mudah dicapai.
Penataan ruangan dalam laboratorium, dikaitkan dengan langkah-langkah dalam prosedur kultur jaringan dan alat-alat yang diperlukan. Kegiatan kultur jaringan di dalam laboratorium, dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
(1) Persiapan media dan bahan tanaman.
(2) Isolasi dan penanaman.
(3) Inkubasi dan penyinaran kultur.
Masing-masing kegiatan harus terpisah satu dengan lainya, dengan peralatan yang tersendiri, karena kegiatan-kegiatan tersebut, maka ruangan yang dibutuhkan adalah :
1. Ruang persiapan dan ruang stok
2. Ruang isolasi dan penanaman.
3. Ruang kultur.
5. Ruang mikroskop atau ruang analisa.
Ruang kultur biasanya merupakan ruang yang terbesar dari ruang laboratorium dan harus dipikirkan kemungkinan perluasan. Ruang persiapan dan ruang transfer tergantung dari jumlah dan besar alat-alat, sedangkan ruang stok merupakan ruangan terkecil dan tergantung dari macam pekerjaan, kadang-kadang dibutuhkan ruang mikroskop dan/atau ruang analisa. Ukuran tiap ruangan sangat tergantung dari: A. Alat-alat yang dipergunakan; B. Jumlah personalisa yang terlibat; C. Tujuan pekerjaan; D. kapasitas produksi; E. Biaya yang tersedia.
Ruangan laboratorium harus dijaga tetap bersih, serta bebas dari hewan kecil seperti tikus dan insek (lalat, semut, kecoa dan lain-lain). Sarana dasar seperti : aliran listrik yang cukup, air yang lancar, dan gas, merupakan perlengkapan yang dapat dikatakan harus dimiliki.
1. Ruang persiapan dan ruang stok
Ruang ini merupakan bagian pusat kegiatan laboratories dimana sebagian besar aktifitas kegiatan dikerjakan diruang ini. Aktifitas-aktifitas yang dikerjakan disini antara lain mempersipakan media kultur dan bahan tanaman yang akan dipergunakan, sebagai tempat mencuci alat-alat laboratorium dan tempat menyimpan alat-alat gelas. Fasilitas yang dibutuhkan dalam ruangan ini adalah meja tempat meletakkan alat-alat pemanas, meja untuk alat-alat timbang, meja untuk bekerja dan tempat mencuci.
Persiapan media meliputi penimbangan bahan, pengenceran media, penuangan ke dalam wadah kultur dan sterilisasi. Persiapan bahan tanaman meliputi pencucian kotoran-kotoran dari lapangan, pembuangan dan pemotongan bagian-bagian yang tidak diperlukan serta perlakuan awal untuk mengurangi sumber kontaminasi yang ada pada permukaan bahan tanaman.
Peralatan yang diletakkan dalam ruangan ini terdiri dari :
1. Timbangan analitik timbangan makro.
2. Refrigerator , Freezer dan desikator.
3. Hot plate yang dilengkapi stirrer atau kompor gas
4. Stirrer dengan magnetic stirrer.
5. Autoklaf vertical atau horizontal.
6. Microwave oven.
7. pH meter.
8. agar dispenser.
9. Oven.
10. Destiltor
11. Water bath yang dilengkapi pengatur temperatur
12. Centrifuge dan Vortex
13. Alat-alat gelas standard, antara lain: labu takar berbagai ukuran, pipet biasa dan mikro pipet, erlenmeyer berbagai ukuran (100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml), gelas piala berukuran (100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml), pengaduk gelas, wadah kultur : botol, tabung reaksi, cawan petri, gelas ukur dalam berbagai ukuran.
14. Alat untuk mencuci.
15. Rak-rak pengering.
16. Lemari alat-alat, bahan kimia, serta bahan-bahan lain (alumunium foil, kertas timbang, karet gelang dan sebagainya).
17. Alat-alat kecil: spatula, pisau , scalpel dan pinset.
18. Fume hood (ruang asam)
19. Hood tempat penimbangan bahan-bahan yang carcinogenic.
20. Kereta dorong (cart) untuk memudahkan pemindahan alat-alat dan media dari ruang satu ke ruang lainnya.
Ruang stok sangat diperlukan untuk menyimpan larutan stok makronutrien, mikronutrien, senyawa khelat (Fe-EDTA), vitamin dan zat pengatur tumbuh. Pada skala laboratories ruang stok cukup kulkas (refrigerator), freezer, akan tetapi untuk skala industri dibutuhkan ruangan yang lebih besar, sehingga ruang ini berupa kamar yang berukuran sesuai kebutuhan, misalnya berukuran 3 x 3 x 3 m3 .
Untuk meningkatkan efisiensi kerja dalam pelaksanaan kultur jaringan, keperluan dalam tiap tahapan kerja sudah direncanakan terlebih dahulu. Sebelum pekerjaan penanaman baru dan subkultur rutin dilakukan, media tumbuh sudah dipersiapkan minimum 3 hari sebelum diperlukan. Media-media yang dipersiapkan ini harus disimpan di ruang yang dingin dan gelap. Ruang untuk penyimpanan media-media yang disediakan ini disebut ruang stok. Ruang stok harus berhubungan langsung 2 arah, satu arah dengan ruang persiapan dan arah lain dengan ruang transfer. Kebersihan ruangan harus diperhatikan. Tidak ada alat-alat yang diletakkan dalam ruang stok, Hanya perlu rak-rak untuk meletakkan media. Larutan stok yang sudah mengalami pengendapan atau terkontaminasi sebaiknya tidak digunakan lagi dan segera dikeluarkan dari ruang stok supaya tidak memenuhi ruangan.
2. Ruang isolasi dan penanaman
Ruang isolasi sering diistalahkan dengan ruang steril atau ruang tabur. Ruangan ini untuk skala laboratories biasanya tidak begitu luas karena biasanya berisi satu laminar air flow yang diperuntukkan untuk seorang atau dua orang bekerja di dalamnya, akan tetapi untuk skala industri ruangan ini biasanya luas atau sangat luas tergantung berapa kapasitas orang yang bekerja sacara bersama-sama seperti gambar dibawah ini.
Ruang penabur harus selalu terjaga kebersihannya atau kesterilannya. Setiap akan dan selesai kegiatan penanaman eksplan selalu dibersihkan dan disterilkan menggunakan alcohol 70% atau spiritus, terutama pada meja laminar air flow, sedangkan lantai dan dinding ruangan dibersihkan dengan larutan pembersih lantai yang dilengkapi oleh desinfektan.
Di dalam ruangan Laminar air flow biasanya dilengkapi dengan lampu UV untuk sterilisasi ruangan di dalam LAF tersebut. Alat-alat yang selalu tersedia di dalam ruangan penabur selain LAF, adalah lampu Bunsen, hand sprayer, peralatan untuk isolasi eksplan yang sudah disterilkan dan rak dorong.
3. Ruang kultur.
Teknik kultur jaringan akan berhasil sukses bila dikerjakan di dalam laboratorium yang bersih dan steril, ruangan yang kering dan dilengkapi untuk memproteksi spora udara dari mikroorganisme. Sangat dianjurkan ruangan selalu bebas dari debu, sebelum melakukan segala aktifitas. Kultur jaringan tanaman harus diinkubasikan di bawah kondisi temperatur, pencahayaan, fotoperiode, kelembaban dan sirkulasi udara yang terkontrol.
Ruang inkubasi kultur biasanya merupakan ruang besar dengan kemungkinan perluasan bila diperlukan. Pertambahan kultur terjadi secara periodik disebabkan pertumbuhan satu jenis atau penambahan jenis kultur baru. Kultur yang tumbuh dan telah memperbanyak diri, secara teratur harus disubkultur. Tergantung dari jenis tanaman dan besarnya wadah kultur, subkultur dapat dilakukan setiap 4-6 minggu sekali. Hal ini berarti tiap bulan ada pelipatan jumlah kultur.
Botol kultur, biasa diatur pada rak-rak terbuka yang bersusun untuk menghemat area. Jarak antara tiap lapisan rak pada umumnya 40-50 cm. Jarak antara rak harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan lalu lintas pemeriksaan kultur. Di dalam ruang kultur pada keadaan tersusun di rak, lingkungan fisik pertumbuhan diatur sedemikian rupa sehingga mendukung pertumbuhan yang optimal. Studi yang sistematik tentang efek lingkungan ruang kultur untuk tiap tahap pertumbuhan eksplan, sangat jarang dilakukan. Namun secara garis besar, ruang kultur harus mempunyai pengaturan terhadap temperatur dan cahaya.
Eksplan memang sudah dipenuhi kebutuhan karbohidrat dari gula dan media, sehingga cahaya untuk keperluan fotosintetis tidak begitu mendesak, tetapi cahaya amat penting untuk pengendalian perkembangan eksplan. Unsur-unsur dari cahaya yang perlu diperhatikan adalah kwalitas cahaya, panjang penyinaran, dan intensitas cahaya. Temperatur ruang kultur juga menentukan respon fisiologi kultur dan kecepatan pertumbuhannya.
Kualitas cahaya. Cahaya putih merupakan cahaya yang baik untuk pertumbuhan kultur. Lampu fluorescent biasa digunakan sebagai sumber cahaya dalam ruang kultur. Keseimbangan spektrum lampu fluorescent sangat baik dan sangat efisien dalam penggunaan energi bila dibandingkan dengan lampu pijar. Bentuk lampu memungkinkan penyebaran cahaya yang baik, dengan panas yang dikeluarkan relatif rendah. Pada lampu pijar, hampir 90 persen merupakan energi panas sehingga mempengaruhi temperatur ruangan. Kadang-kadang pada kultur tertentu, campuran cahaya dari lampu pijar dan fluorescent memberi pertumbuhan yang lebih baik.
Intensitas cahaya. Intensitas cahay yang baik dari lampu fluorescent adalah antara 1000-400 ft-c (1000-4000 lux). Murashige menyatakan bahwa pengaruh penyinaran dalam pertumbuhan asparagus, Gerbera, dan Saxifraga secara in vitro, yang terbaik dalah 1000 ft-c untuk multiplikasi tunas, dan 300-1000 ft-c untuk perakaran tunas. Intensitas cahaya diatur dengan menempatkan jumlah lampu dengan kekuatan tertentu pada jarak antara 40-50 cm dari tabung kultur, untuk luas area tertentu.
Panjang penyinaran. Total cahaya yang dibutuhkan suatu tanaman merupakan fungsi dari periode penyinaran. Berapa lama cahaya harus diberikan, tergantung dari jenis tanaman dan respon yang diinginkan. Ada kultur yang membutuhkan penyinaran terus-menerus, tapi banyak juga penelitian yang memperoleh hasil bahwa penggunaan panjang penyinaran selama 14-16 jam memberikan hasil yang baik. Pada tanaman tertentu membutuhkan penyinaran 10 jam, dan sebagainya. Panjang penyinaran diatur dengan alat automatic time switch atau lebih umum disebut timer.
Temperatur. Temperatur di dalam ruang kultur diharapkan dapat diatur. Bila dapat, temperatur antara periode gelap dan terang diatur berbeda sehingga proses fisiologis yang diinginkan dapat terjadi. Banyak laporan menyatakan bahwa temperatur yang baik untuk pertumbuhan tanaman dalam in vitro antara 25-280 C yang merupakan suhu ruangan normal. Beberapa perlakuan khusus kadang-kadang membutuhkan suhu yang rendah, misalnya untuk pengumbian pada kultur kentang, suhu yang diperlukan adalah 18-20o C. Suhu ruangan di negara tropis dapat diturunkan dengan pemasangan AC. Pemakain AC mutlak, karena ruang kultur merupakan ruang tertutup yang sedikit sekali mempunyai aliran udara bebas.
Alat-alat yang diperlukan dalam ruang kultur adalah :
1. Rak-rak kultur 3-4 tingkat dengan lampu fluorescent atau lampu TL.
2. Timer untuk mengatur lama penyinaran.
3. AC dan remote untuk mengatur temperature.
4. Mikroskop binokuler dan mikroskop inverted.
5. Alat-alat penunjang (kertas millimeter, penggaris, alat pembesar, dan sebagainya).
6. Shaker horizontal dan fermentor.
http://anton-kulturjaringan.blogspot.co.id/2011/06/kultur-jaringan.html
metode kultur jaringan
Metode
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus.[2] Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan.[5] Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.[5] Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang.[11] Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.[11] Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.[11]https://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan
pengertian kultur jaringan
perbanyakan mawar dengan cara stenting
Perbanyakan Mawar Secara Stenting (Stek dan Grafting)
Pada perbanyakan stenting yakni perbanyakan menggunakan teknik setek dan teknikgrafting yang dilakukan secara bersamaan merupakan cara perbanyakan yang lebih efisisendilakukan oleh pengusaha benih mawar pada umumnya diluar negeri. Teknik ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya ialah lebih cepat dilakukan perbanyakan, karena pada saat penyambungan tidak menunggu batang bawah berakar terlebih dahulu, menggunakan bahantanam yang lebih sedikit (satu mata tunas + daun dari batang atas dan satu ruas batang bawahtanpa daun), sehingga pada saat tanaman ditanam di lapang tidak tumbuh tunas liar dari batang bawah, yang akhirnya akan dapat meringankan biaya pemeliharaan.Penggunaan mata berdaun pada teknikstenting
ini memerlukan penanganan khususuntuk menghindari kelayuan sampai bertautnya kambium serta tumbuhnya akar dan tunas.Untuk menjamin keperluan tersebut, maka disekeliling daun harus dipertahankan agarselaludalam keadaan lembab. Cara yang banyak dilakukan untuk mempertinggi kelembaban iniyaitu dengan pengkabutan secara periodik (intermitten misting). Dengan teknik ini memberilapisan air pada permukaan daun danbatang, merendahkan suhu dan meningkatkankelembaban sekitar daun, sehingga akan mengurangi laju respirasi dan transpirasi.Keberhasilan penyambungan sebagian besar disebabkan hubungan kambium yang rapatdarikedua tanaman (batang bawah dan batang atas) yang disambungkan atau terjadinya pertautan/jalinan meristematik antara keduanya (Darliah,2008).Prosedur Kerja Perbanyakan Secara Stenting yaitu(Darliah,2008)
:
1. Sebagian batang bawah dapatdigunakan mawar pagar (R. multiflora) atau Multic, terdiridari 1-2 ruasdengan panjang ± 5 cm.
2. Batang atas terdiri dari yang dipotong± 1 cm di atas mata tunas.
3. Batang atas dan batang bawah dikeratdengan pisau/cutter, sehingga membentuk sudut 30
o
.4. Batang atas dan batang bawahdisambungkan satu sama lain denganpenjepit untukmenjemur pakaian atauparafilm.5. Media tanam yang dipakai yaitu arangsekam atau campuran arang sekam dankompos daun bambu (1:1).6. Penanaman dilakukan dengan jaraktanam 10 cm x 10 cm7. Selanjutnya tanaman ditempatkandalam rumah plastik atau rumah kacayang cahayanyadikurangi denganpemasangan paranet 55%.
8. Periode pengkabutan diatur setiap 8menit kabut keluar selama 10 detik.
Pemeliharaan Tanaman Mawar
1.
PenyianganKegiatan penyiangan biasanya bersamaan dengan pemupukan agar dapat menghemat biaya dan tenaga kerja. Rumput liar yang tumbuh pada selokan/parit antar bedengandibersihkan agar tidak menjadi sarang hama dan penyakit. Penyiangan sebulan sekali(tergantung pertumbuhan gulma), dengan mencabut rumput-rumput liar (gulma) secarahati-hati agar tidak merusak akar tanaman atau membersihkan dengan alat bantukored/cangkul.2.
PemupukanJenis dan dosis (takaran) pupuk yang dianjurkan untuk tanaman mawar adalah pupuk NPK (5-10-5) sebanyak 5 gram/tanaman. Bila pertumbuhan tunas lambat dipupuk NPK pada perbandingan 10:10:5, bila tangkainya lemah perbandingan pupuk NPK 5:15:5.Pemberian pupuk sebaiknya pada saat sebelum berbunga, sedang berbunga, dan setelahkuntum bunga layu. Cara pemberian pupuk dengan ditabur dalam paritparit kecil dandangkal diantara barisan tanaman atau di sekeliling tajuk tanaman, kemudian ditutupdengan tanah tipis dan segera disiram hingga cukup basah. Pengairan dan Penyiraman3. Pengairan dan penyiraman dilakukan:
a) Pada fase awal pertumbuhan (sekitar umur 1-2 bulan setelah tanam), dilakukan secarakontinu tiap hari 1-2 kali. Pengairan berikutnya berangsur-angsur dikurangi atautergantung keadaan cuaca dan jenis tanah (media). b) Waktu pemberian air yang baik pada pagi dan sore hari, saat suhu udara dan penguapan air dari tanah tidak terlalu tinggi.c) Cara pengairan adalah dengan disiram secara merata menggunakan alat bantu ember(gembor).
https://akasia99.blogspot.co.id/2014/12/perbanyakan-mawar-dengan-cara-okulasi.html
perbanyakan mawar dengan cara okulasi
Perbanyakan Mawar dengan Cara Okulasi Mata Berkayu (Chip Budding)
Perbanyakan Mawar dengan Cara Okulasi Mata Berkayu (Chip Budding)
Perbanyakan mawar secara konvensional dilakukan dengan cara okulasi mata tunasyang bisa dilakukan setelah batang bawah berumur empat bulan pada saat kulit batang bawahmudah dikelupas karena pada saat tersebut sel-sel tanaman dan sel-sel kambium sedangdalam keadaan aktif.. Teknik perbanyakan mawar dengan cara okulasi mata tunas berkayu
(chip budding) dapat dilakukan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan okulasi biasa karena tidak harus menunggu batang bawah mudah dikelupas. Pada teknik okulasi mata berkayu dapat dilakukan pada batang bawah hasil stek secara langsung (belum berakar)ataupun hasil stek setelah ditanam selama empat minggu yang sudah mempunyai akar.Menurut IPTEK Hortikultura (2005) teknik perbanyakan mawar dengan cara okulasi mata berkayu (chip budding) dapat dilakukan melalui prosedur sebagai berikut :1. Persiapan Media
Menyiapkan media untuk pertanaman bawah yangdimasukkan ke dalam polybag ukuran 10-12 cm.Media dapat berupa tanah atau tanah dengan capuranarang sekam dan kompos.2. Persiapan batang bawah
Ambil batang mawar pagar yang cukup tua dan buang daunnya
Potong bagian pucuk dari 1/3 batang lalu buang
Tanam bagian bawah dengan panjang ±15 cm3. Persiapan batang atas/entres
Siapkan tangkai bunga mawar saat bunga sedang mekar dari varietas mawar lain yangdiingkan untuk di graffting.
Buang semua daun dan bunga4. Pelaksanaan okulasi mata berkayu
Siapkan stek batang bawah
Gb 1. Persiapan batang bawahdan media dalam polybagGb 2. Tangkai bunga yang siapdiambil entrisna
Buang duri di sekitar batang yang akan diokulasi lalu bersihkan dan buat keratanuntuk batas okulasi bagian bawah
Buat irisan diatas keratan ke arah bawah dengan mengikuti sedikit jaringan kayu,arahkan pisau hingga irisan berakhir pada keratan. Irisan berukuran kira-kira denganlebar 4-5 mm, panjang 1,5-2 cm, dan tebal 1-2 mm.
Ambil batang atas sebagai sumber entres. Buat irisan beserta kayunya berupakepingan mata tunas terletak di tengah-tengah irisan dengan ukuran yang sama sepertiirisan batang bawah.
Tempelkan kepingan mata tunas berkayu (entres) ke celah yang dibuat pada batang bawah.
Ikat mata tunas yang telah disisipkan ke batang bawah dengan menggunakan parafilmatau tali rafia.
Simpan bibit dibawah naungan dan setelah tumbuh tunas dari tempelan (10-14 hari)tunas dipotong ±2cm diatas mata tempel.
Perbanyakan Mawar
Pemeliharaan Bibit Okulasi
Kegiatan pokok pemeliharaan bibi okulasi antara lain adalah sebagai berikut(Rukmana, 1995) :a)
Penyiraman secara kontinyu agar tanah (medium tumbuh) tidak kekeringan.Penyiraman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. b)
Pemupukan 1-3 bulan sekali dengan campuran pupuk urea, TSP dan KCL (2:1:1) atau NPK (15-15-15) sebanyak 10-30 gram dilarutkan dalam 1 liter air. Larutan pupuktersebut diberikan dengan cara disiram atau dikocorkan kedalam medium tumbuhsebanyak 300cc-500cc larutan per tanaman.c)
Pemotongan ujung batang bawah tepat diatas bidang okulasi, setelah mata entrestumbuh berdaun 205 helai. Pemotongan dilakukan secara bertahap, mula-mula
Gb 5. Bibit hasil okulasi di naunganGb 6. Tempelan matatunas diiikat
Gb 7. Tunas dipotong 2 cm diatasmata tunas
setengah bagian batang dambil direbahkan, kemudian selang 1-3 bulan dipotongseluruhnya.
Perbanyakan Mawar Secara Stenting (Stek dan Graftingsetengah bagian batang dambil direbahkan, kemudian selang 1-3 bulan dipotongseluruhnya.
https://akasia99.blogspot.co.id/2014/12/perbanyakan-mawar-dengan-cara-okulasi.html
macam-macam stek
Setek terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Stek Daun
Setek
daun merupakan salah satu teknik setek yang menggunakan bagian daun
tanaman atau daun yang bertunas. Tanaman yang bisa diperbanyak melalui
setek daun adalah tanaman hias seprti cocor bebek dan tanaman jeruk yang
berbuahnya masam banyak menyimpan energi sehingga lebih mudah disetek.
2. Stek Batang
Setek
batang merupakan salah satu perbanyakan vegetatif tanaman dengan
menggunakan potongan batang, cabang, atau ranting tanaman induknya.
Setek batang disebut juga setek kayu atau setek ranting. Setek
batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman
buah. Syarat mutlak tanaman yang akan diperbanyak secar setek batang
adalah harus memiliki kambium.
3. Stek Umbi
Pada
stek umbi, bahan awal untuk perbanyakan berupa umbi, yaitu: umbi
batang, umbi kakr, umbi sisik, dan lain-lain. Sebagai bahan perbanyakan,
umbi dapat digunakan utuh atau dipotong-potong dengan syarat setiap
potongannya mengadung calon tunas. Untuk menghindari terjadinya busuk
pada setiap potongan umbi, maka umbi perlu dierandap dalam bakterisida
dan fungisida. Contoh tanaman yang bisa diperbanyak dengan stek umbi
antara lain: Solanum tuberosum, Ipomoea batatas, Caladium, Helianthus tuberosus, Amarilis, dan lain-lain.
http://ika-akmala.blogspot.co.id/2011/12/pembiakan-dengan-cara-setek.html
pembiakan dengan cara stek
PEMBIAKAN DENGAN CARA SETEK
Setek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Setek
merupakan pemotongan organ dari induk yang kemudian ditanam di medium
agar menumbuhkan akar dan tunas batang. Setek banyak dilakukan untuk
memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.
Keunggulan setek:
- Sifat tanaman baru sama dengan sifat induknya.
- Bagian tanaman induk yang diperlukan sebagai bahan setek relatif sedikit, sehingga tidak merugikan tanaman induk.
- Menghasilkan tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah memiliki akar, batang dan daun.
- Setek mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknologi yang rumit.
- Biaya yang dikeluarkan sedikit dan waktu yang diperlukan relative singkat.
- Jumlah tanaman yang dihasilkan lebih banyak dari pada cangkok dan okulasi.
- Tanaman baru hasil setek memiliki keseragaman umur
Media yang diperlukan dalam perbanyakan setek adalah:
- Campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah jadi dengan perbandingan ( 1 : 1 ).
- Campuran tanah, pasir halus dan pupuk kandang dengan perbandingan ( 1 : 1 : 1 ).
Cara perlakuan-perlakuan setek yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
- Setelah bahan setek dipisahkan dari tanaman induk (kecuali setek daun), bagian pangkal segera direndam dengan air atau dicuci dengan air yang mengalir. Tujuannya supaya jaringan pengangkut tidak terisi udara. Dengan demikian, bahan setek akan cepat menyerap air dan mineral dari media tanam.
- Untuk mempercepat pertumbuhan akar, dapat digunakan Rooton F. Pangkal setek dalam keadaan basah dimasukkan ke dalam Rooton F.
- Lembaran daun yang ada dibahan setek dipotong setengahnya. Pemotongan daun ini bertujuan untuk mengurangi penguapan.
Setek
dapat disemaikan dalam polibag atau bedengan selama bahan setek
disemai, keadaan lingkungan media semai harus terlindung dari sinar
matahari dan air hujan langsung dengan cara menyiapkan atap atau
naungan. Media semai harus disiram secara rutin supaya tetap lembab.
Pada musim kemarau setek disiram dua kali sehari sedangkan pada musim
hujan cukup disiram sehari sekali. Air sisa siraman harus dapat mengalir
secara lancer dari polibag atau bedengan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegagalan setek yaitu:
· Kondisi
batang yang masih muda, pada kondisi batang yang masih muda memiliki
kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi, hal ini yang
menyebabkan pucuk tumbuh lebih cepat dibandingkan akar.
· Kondisi
pisau yang kurang steril, agar pisau yang digunakan steril yaitu dengan
menggunakan alkohol, dengan menggunakan alkohol akan membersihkan
bakteri-bakteri yang terdapat pada pisau dan menghindari menempelnya
bakteri pada luka setek yang bisa menyebabkan kegagalandalam setek.
· Kekeringan.
Setek
atau Cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara
vegetatif. Tanaman yang disetek, dipotong di salah satu bagiannya.
Potongan tanaman bisa langsung ditanam pada medium tanah. Setek bnyak
dilakukan untuk memperbanyak tanaman-tanaman hias dan tanaman buah,
seperti: anggur, markisa, sukun, jeruk nipis, apel, panili, sirih.
Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis,
lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan
dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan
dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi
tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress
lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya
regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru
yang true to name dan true to type.
http://ika-akmala.blogspot.co.id/2011/12/pembiakan-dengan-cara-setek.html
Langganan:
Postingan (Atom)