Rabu, 01 Februari 2017

pembiakan dengan cara stek

PEMBIAKAN DENGAN CARA SETEK



Setek atau cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Setek merupakan pemotongan organ dari induk yang kemudian ditanam di medium agar menumbuhkan akar dan tunas batang. Setek banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman buah.
Keunggulan setek:
  • Sifat tanaman baru sama dengan sifat induknya.
  • Bagian tanaman induk yang diperlukan sebagai bahan setek relatif sedikit, sehingga tidak merugikan tanaman induk.
  • Menghasilkan tanaman yang sempurna yaitu tanaman yang telah memiliki akar, batang dan daun.
  • Setek mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknologi yang rumit.
  • Biaya yang dikeluarkan sedikit dan waktu yang diperlukan relative singkat.
  • Jumlah tanaman yang dihasilkan lebih banyak dari pada cangkok dan okulasi.
  • Tanaman baru hasil setek memiliki keseragaman umur
Media yang diperlukan dalam perbanyakan setek adalah:
  • Campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah jadi dengan perbandingan ( 1 : 1 ).
  • Campuran tanah, pasir halus dan pupuk kandang dengan perbandingan ( 1 : 1 : 1 ).
Cara perlakuan-perlakuan setek yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
  • Setelah bahan setek dipisahkan dari tanaman induk (kecuali setek daun), bagian pangkal segera direndam dengan air atau dicuci dengan air yang mengalir. Tujuannya supaya jaringan pengangkut tidak terisi udara. Dengan demikian, bahan setek akan cepat menyerap air dan mineral dari media tanam.
  • Untuk mempercepat pertumbuhan akar, dapat digunakan Rooton F. Pangkal setek dalam keadaan basah dimasukkan ke dalam Rooton F.
  • Lembaran daun yang ada dibahan setek dipotong setengahnya. Pemotongan daun ini bertujuan untuk mengurangi penguapan.
Setek dapat disemaikan dalam polibag atau bedengan selama bahan setek disemai, keadaan lingkungan media semai harus terlindung dari sinar matahari dan air hujan langsung dengan cara menyiapkan atap atau naungan. Media semai harus disiram secara rutin supaya tetap lembab. Pada musim kemarau setek disiram dua kali sehari sedangkan pada musim hujan cukup disiram sehari sekali. Air sisa siraman harus dapat mengalir secara lancer dari polibag atau bedengan.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegagalan setek yaitu:
·         Kondisi batang yang masih muda, pada kondisi batang yang masih muda memiliki kandungan karbohidrat rendah tetapi hormonnya cukup tinggi, hal ini yang menyebabkan pucuk tumbuh lebih cepat dibandingkan akar.
·         Kondisi pisau yang kurang steril, agar pisau yang digunakan steril yaitu dengan menggunakan alkohol, dengan menggunakan alkohol akan membersihkan bakteri-bakteri yang terdapat pada pisau dan menghindari menempelnya bakteri pada luka setek yang bisa menyebabkan kegagalandalam setek. 
·         Kekeringan.

Setek atau Cutting merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif. Tanaman yang disetek, dipotong di salah satu bagiannya. Potongan tanaman bisa langsung ditanam pada medium tanah. Setek bnyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman-tanaman hias dan tanaman buah, seperti: anggur, markisa, sukun, jeruk nipis, apel, panili, sirih. Sebagai alternarif perbanyakan vegetatif buatan, stek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan dengan cara perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan. Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru yang true to name dan true to type
Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Boulline dan Went (1933) menemukan substansi yang disebut rhizocaline pada kotiledon, daun dan tunas yang menstimulasi perakaran pada stek. Menurut Hartmann et al (1997), zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah Auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu indole-3-aceticacid (IAA), indolebutyric acid (IBA) dan nepthaleneacetic acid (NAA). IBA dan NAA bersifat lebih efektif dibandingkan IAA yang meruapakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran stek. Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan cara stek, tanaman sumberseharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta tidak terserang hama dan/atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting dilakukan agar tingkat keberhasilan stek tinggi.

 http://ika-akmala.blogspot.co.id/2011/12/pembiakan-dengan-cara-setek.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar